Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia: Ketidakpastian Kebijakan Tekan Pertumbuhan Ekonomi RI

Bank Dunia melaporkan pertumbuhan investasi yang tidak menentu, mencerminkan harga ekspor yang terus menurun dan ketersediaan dana yang semakin sulit, serta ketidakpastian kebijakan, masih menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada angka 5,3%.

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia melaporkan pertumbuhan investasi yang tidak menentu, mencerminkan harga ekspor yang terus menurun dan ketersediaan dana yang semakin sulit, serta ketidakpastian kebijakan, masih menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada angka 5,3%.

Reformasi kebijakan merupakan kunci dalam upaya mendukung pertumbuhan, yang mencapai 5.7% pada 2013, turun dari 6.5% pada 2011, demikian dilaporkan oleh Indonesia Economic Quarterly edisi Maret 2014.

“Penyusunan kebijakan berorientasi masa depan akan memperkuat keberhasilan ekonomi Indonesia. Penyesuaian kebijakan ini mencakup pengalihan belanja subsidi yang signifikan kepada kebutuhan yang lebih mendesak, seperti investasi di bidang infrastruktur, perbaikan iklim investasi dan pelayanan masyarakat,” ujar Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Jakarta, Selasa (18/3/2014).

Pada 2014, belanja subsidi diperkirakan meningkat hingga mencapai 2,6% dari PDB, dibandingkan dengan 2,2% dari PDB pada 2013 dan melampaui alokasi awal APBN 2014.

Sementara itu, perkembangan kebijakan dari peraturan baru-baru ini, termasuk pelarangan sebagian ekspor mineral, telah meningkatkan ketidakpastian di kalangan investor jangka panjang serta menambah APBN.

“Pertumbuhan global menunjukkan sinyal positif. Namun Indonesia tetap menghadapi berbagai tantangan, termasuk nilai tukar perdagangan yang tidak banyak berubah, suku bunga yang lebih tinggi, dan ketidakpastian kebijakan," kata Jim Brumby, Ekonom Utama perwakilan Bank Dunia di Jakarta. 

Melihat risiko ekonomi yang berkelanjutan dan agenda pembangunan Indonesia yang ambisius, lanjutnya, pengurangan ketidakpastian kebijakan dan kelanjutan reformasi patut dijadikan prioritas.

Penyempitan defisit neraca berjalan Indonesia pada kuartal keempat 2013 menjadi US$$4,0 miliar, menunjukkan keberhasilan kebijakan moneter dan fleksibilitas kurs rupiah.

Namun, dampak negatif dari pelarangan ekspor mineral dan harga komoditas yang melemah, mendorong Bank Dunia memproyeksikan defisit neraca berjalan menyempit pada 2014, hanya hingga 2,9% dari PDB, dibandingkan dengan 3,3% pada 2013.

Sumber utama peningkatan nilai tukar perdagangan yang membaik adalah pengurangan bahan impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper