Bisnis.com, JAKARTA - Industri farmasi di Indonesia secara bertahap telah menanamkan investasi sekitar Rp3,5 triliun dalam menghadapi peluang dan tantangan menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Sementara itu, industri kosmetik justru pesimis dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) domestik yang tidak bisa menyesuaikan dengan kualitas dan kemampuan pekerja dari negara lain.
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Darodjatun Sanusi mengatakan investasi yang dilakukan industri farmasi sebesar Rp3 triliun-Rp3,5 triliun digunakan untuk mendirikan unit industri baru, renovasi yang signifikan dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi dan pengembangan SDM.
“Investasi sebesar itu selain dipersiapkan untuk menghadapi MEA 2015 juga diperuntukkan untuk pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasioanal (JKN),” papar Darodjatun kepada Bisnis, Minggu (2/3/2014).
Selain investasi, Darodjatun meminta kepada pemerintah memberikan percepatan dan kemudahan dalam memperoleh nomor registrasi atau Nomor Izin Edar (NIE) bagi industri farmasi dalam negeri. Menurutnya, perlu ada bimbingan yang intensif dan terarah terutama dalam hal percepatan izin produksi bagi industri yang melakukan investasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam CPOB (Cara Produksi Obat yg Baik)terkini.
“Kunci utama menghadapi MEA 2015 adalah penguasaan pasar domestik secara maksimal dan meningkatkan daya saing untuk masuk pasar regional,” tuturnya.