Bisnis.com, JAKARTA – Anomali cuaca yang berlangsung saat ini berpotensi memunculkan ledakan hama.
Pengamat pertanian meminta petani mengantisipasi ledakan hama pengganggu tanaman seperti wereng batang coklat, keong mas dan tikus sekaitan tingginya kelembaban udara saat ini.
Tingginya kelembaban udara akibat anomali cuaca yang terjadi, disinyalir mendorong perkembangbiakan hama penganggu tersebut.
Pengamat pertanian sekaligus Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan, KTNA, Winarno Tohir mengatakan ancaman ini akan terus ada hingga musim hujan berakhir.
Ia khawatir ledakan hama akan terjadi akibat naiknya kelembaban udara.
“Sehari hujan, kemudian panas, akan membuat kelembaban udara tinggi. Kondisi ini yang saya khawatirkan, karena kelembaban udara yang tinggi itu sangat cocok untuk perkembangbiakan hama,” kata Winarno kepada Bisnis, Senin (24/2/2014).
Dia menyebutkan, serangan ketiga hama tersebut, yaitu wereng batang coklat, keong mas maupun hama tikus, harus diantisipasi karena berpotensi menyebabkan tanaman puso.
Menurut Winarno, ketiga hama tersebut bersifat merusak tanaman baik yang masih muda maupun yang sudah tua.
“Ketiga hama penganggu itu akan menyerang tanaman hingga habis. Karena itu, jika ada gejala serangan segera lakukan tindakan pencegahan,” ungkapnya.
Winarno menjelaskan, masing-masing hama pengganggu tersebut perlu perlakuan yang berbeda.
Misalnya, untuk mengatasi serangan hama wereng batang coklat, upaya tepat yang harus dilakukan adalah melalui penyemprotan insektisida.
Sementara untuk mengatasi serangan tikus, perlu upaya gotong royong petani dengan melakukan grobyogan yaitu pembongkaran lubang tikus secara beramai-ramai.
Sementara untuk keong mas, hama ini bisa dijadikan bahan makanan alternatif.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian mendeteksi adanya peningkatan serangan hama wereng batang coklat di beberapa sentra produksi padi.
Menteri Pertanian Suswono saat rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR yang membidangi pertanian, Senin (17/2), mengusulkan dilakukannya gerakan massal pengendalian hama secara serentak dan terkoordinasi.
“Serangan WBC pada areal padi terhitung cukup tinggi dan luas, karena itu untuk mengamankan sasaran produksi padi saya mengusulkan dilakukan gerakan massal pengendalian hama tersebut,” ungkap Suswono.
Data Kementan hingga 6 Februari 2014 menyebutkan hama WBC telah menyerang 10.331 ha lahan pertanaman padi dan menyebabkan 88 ha di antaranya puso atau gagal panen.
Kondisi ini berpotensi meningkat mengingat sebagian besar tanaman padi memasuki fase persemaian dan masih muda.
“Fase ini merupakan stadium yang disukai WBC,” tegas Suswono.