Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Bisa Ditekan, Defisit Perdagangan Industri Mengecil

Kementerian Perindustrian menargetkan impor produk industri, baik barang modal, produk antara maupun produk jadi, tahun ini bisa ditekan sekitar 2%-4% dibandingkan dengan realisasi 2013.
Menperin M.S. Hidayat/Bisnis
Menperin M.S. Hidayat/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian menargetkan impor produk industri, baik barang modal, produk antara maupun produk jadi, tahun ini bisa ditekan sekitar 2%-4% dibandingkan dengan realisasi 2013.

Berdasarkan data Kemenperin, nilai ekspor produk industri pada 2013 mencapai US$113,03 miliar atau berkontribusi 61,91% dari total ekspor nasional.

Adapun impor produk industri sepanjang 2013 mencapai US$131,4 miliar. Meskipun impor produk industri masih lebih tinggi dari ekspor, defisit neraca perdagangan industri telah ditekan dari US$23,61 miliar pada 2012 menjadi US$18,37 miliar pada 2013.

Bila tahun ini impor diteken 2%-4% dibandingkan 2013 menjadi US$128,40 miliar, desifit perdagangan industri bisa lebih ditekan. Pemerintah menargetkan ekspor produk industri tahun ini US$117 miliar-US$125 miliar.

Berdasarkan perhitungan Bisnis, bila target impor produk industri tahun ini US$128,40 miliar dan target ekspor produk industri US$117 miliar-US$125 miliar, defisit perdagangan industri bisa ditekan hingga US$11,4 miliar-US$3,4 miliar tahun ini.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan saat ini transaksi berjalan (current account) sektor industri yang masih defisit disebabkan oleh impor yang cenderung meningkat, baik impor bahan baku maupun barang modal untuk industri.

Ada 9 kelompok industri yang impornya meningkat pada 2012-2013, a.l kelompok industri mesin dan alat-alat listrik; kelompok industri logam; kelompok industri otomotif; kelompok industri elektronika; dan kelompok industri kimia dasar dan pupuk.

Kemudian, kelompok industri makanan, minuman, dan pakan ternak; kelompok industri tekstil dan produk tekstil; kelompok industri barang mimia, plastik, pengolahan karet dan produk farmasi, serta kelompok industri pulp dan kertas.

“Masih tingginya impor bahan baku dan barang modal dikarenakan industri kita masih mengalami berbagai permasalahan, seperti daya saing industri lemah. Namun, tren penurunan defisit perdagangan produk industri pada 2013 akan berlanjut tahun ini,” kata Hidayat dalam Diklatnas HIPMI Angkatan III di Jakarta, Kamis (20/2/2014).

Tren penurunan desifit tersebut juga didukung oleh perkembangan ekonomi di negara-negara maju yang membaik, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan di Eropa.

Importasi barang modal juga diprediksi akan mulai menurun seiring semakin tumbuhnya industri pemasok dari dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper