Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Klaim 2014 Tahun Penguatan Industri

Pemerintah mengklaim 2014 sebagai tahun penguatan industri.
Industri baja/Bisnis
Industri baja/Bisnis

Bisnis.com,JAKARTA--Pemerintah mengklaim 2014 sebagai tahun penguatan industri.

Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan bila menggunakan analisis investasi sejak 4-5 tahun terakhir, Indonesia mengalami peningkatan investasi yang cukup signifikan, khususnya ditopang oleh industri nonmigas.

Dia menjelaskan  pada 2010, investasi penanaman modal asing (PMA) dari 12 sektor industri utama mencatatkan investasi senilai US$3,3 miliar.

Namun, pada 2013, nilai investasi melonjak hingga US$15,8 miliar. Artinya, bila pada 2010 sektor industri pengolahan nonmigas berkontribusi hingga 20% pada pada total investasi PMA, tahun 2013 melonjak 5 kali lipat hingga 55% kontribusinya.

Adapun 12 sektor industri tersebut a.l industri alat angkutan dan transportasi lainnya, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik, industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi, industri makanan, serta industri kertas, barang dari kertas dan percetakan.

Kemudian, industri mineral non logam, industri tekstil, industri karet, barang dari karet dan plastik, industri lainnya, industri kulit, barang dari kulit dan sepatu, industri kayu, serta industri instrumen kedokteran, presisi, optik dan jam. “Salah kalau ada yang bilang deindustrialisasi, yang benar Indonesia masuk era penguatan industri,” kata Mahendra usai menghadiri acara peresmian pabrik PT Sharp Electronics Indonesia di Karawang, Rabu (12/2).

Begitu juga dengan kontribusi investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) yang hanya 22% pada 2000, tetapi pada akhir 2013 sudah mencapai 32%. “Untuk itu, kami mendukung kinerja Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan investasi PMA,” tambahnya.

Menurutnya, Indonesia masih menjadi negara yang menarik sebagai tujuan investasi. Sekitar 30% investor dari Jepang mengatakan pasar Indonesia sangat menarik untuk investasi mereka. Bahkan, kata Mahendra, berdasarkan hasil survey dengan 500 responden di Jepang, 80% mengatakan konsumsi dan pasar domestik Indonesia akan lebih besar lagi ke depannya.

Pada sisi lain, menurut Mahendra, untuk tetap menjaga kelancaran investasi dan mendorong pertumbuhan industri, khususnya industri pengolahan nonmigas, Indonesia harus melakukan berbagai usaha. Usaha-usaha tersebut a.l menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, memperbaiki infrastruktur logistik di Indonesia, khususnya daerah dekat tujuan investasi, serta terus memperbaiki hubungan industrial yang makin harmonis. “Kami punya program yang akan kami konkretkan segera.”

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan pihak yang berpandangan bahwa industri dalam negeri menuju deindustrialisasi lantaran tidak memahami data dengan utuh. Menurutnya, pertumbuhan industri pengolahan tidak menurun drastis dan berada pada posisi 6,1%. Adapun pada 2012, pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,4%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan pada 2013 tercatat 5,56%. “Namun harus dilihat, industri pengolahan itu terbagi dua, migas dan nonmigas. Yang mengalami penurunan itu migas, kalau pengolahan non migas tercatat 6,1% dan masih diatas pertumbuhan ekonomi yang 5,78%. Untuk pengolahan migas, itu tidak masuk perindustrian,” jelas Hidayat.

Menurutnya, dari 12 sektor industri yang menjadi penopang, industri angkutan dan otomotif, industri makanan dan minuman serta industri baja masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi. “Investasi masih masuk, yang sekarang sedang kami kejar adalah petrokimia.”

Staf Khusus Menteri Perindustrian Erna Zeta mengatakan pada 2013, sektor industri non migas memberikan kontribusi hingga 22% terhadap produk domestik bruto (PDB). Bila digabungkan bersama industri migas, kontribusi terhadap PDB sekitar 24%.

Adapun tahun ini, Kemenperin menargetkan kontribusi industri pengolahan non migas terhadap PDB mencapai 24% dan bila digabung dengan sektor industri migas mencapai 26%. “Tahun 2013 itu 6,1% berdasarkan data BPS. Kalau tahun ini kami menargetkan pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,4%-6,8%, artinya target pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah 5,7%-6,1%,” katanya.

Ketua Komisi VI DPR RI Airlangga Hartato mengatakan untuk menjadi negara dengan industri yang kuat, kontribusi industri pengolahan non migas setidaknya harus mencapai 40% terhadap PDB. Dia berharap, kontribusi manufaktur terhadap PDB bisa mencapai 40% dalam waktu beberapa tahun mendatang.

Bila angka tersebut tercapai, Indonesia baru bisa mengaku sebagai negara dengan industri yang kuat.

“Untuk memacu target tersebut, perkembangan Iptek dan inovasi merupakan sarana yang bisa dijadikan andalan untuk meningkatkan kualitas produk dan daya saing. Yang ideal, pertumbuhan industri manufakktur bisa mencapai 9%-11% per tahun,” ujar Airlangga di Jakarta, Rabu (12/2/2014)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper