Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan mengklaim perwujudan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Korea Selatan tidak akan dihentikan di tengah jalan, meski mengakui proses pencapaiannya berjalan dengan sangat lambat.
Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI) Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menegaskan IK-CEPA masih akan terus dilanjutkan dan memasuki ronde ke-7 pada akhir Februari.
Dia tidak membantah pernyataan Menteri Perindustrian M.S. Hidayat bahwa hingga saat ini progres IK-CEPA masih belum jelas juntrungannya. Kendati demikian, Kemendag masih akan berjuang untuk meloloskan perundingan tersebut. “Tidak ada yang perlu disanggah. Saya kira kami semua juga concern [khawatir] karena progresnya yang lambat,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (11/2/2014).
Iman menjelaskan mandat yang dibebankan kepada Kemendag adalah mencoba melanjutkan perundingan. “Akan dilaksanakan perundingan putaran ketujuh akhir bulan ini di Korea. Dari situ, tim perunding akan melaporkan kepada pimpinan untuk dapatkan arahan lebih lanjut,” imbuhnya.
Menurut penjelasan Iman, tersendatnya negosiasi kerja sama antara Indonesia dan Negeri Ginseng adalah akibat dari belum tercapainya sinkronisasi antara tuntutan dan penawaran dari masing-masing pihak. “Offer and request-nya belum balance,” ungkapnya.
Perundingan IK-CEPA dimulai sejak dua tahun lalu. Ronde pertama dan kedua masing-masing dihelat pada 12 Juli dan 10-11 Desember 2012 di Jakarta. Pada pertemuan tersebut, kedua pihak menyepakati terms of reference (TOR) yang didasarkan pada prinsip common understanding.
Dalam pembahasan di putaran ketiga, yang diselenggarakan pada 29-31 Mei tahun lalu, kedua pihak sepakat untuk memfokuskan pembicaraan pada upaya untuk menyelesaikan perundingan secara menyeluruh pada 2013. Kenyataannya, hingga saat ini progres perundingan tersebut masih terkatung-katung.
Terlantarnya negosiasi IK-CEPA rupanya membuat Menperin M.S. Hidayat kesal. Awal pekan ini, dia menegaskan agar kesepakatan dirampungkan pada Mei. “Kalau tidak bisa selesai juga, ya tidak usah terikat,” tegasnya.
Adapun kerja sama dalam kerangka IK-CEPA mencakup 13 isu yang termasuk [pengembangan kapasitas untuk 12 sektor utama, yaitu pembangunan kapal, teknologi informasi, otomotif, logam, tekstil, batubara, migas, industri hijau, IKM, CPO, dan rumput laut.
Sekadar catatan, Korea merupakan salah satu negara penyumbang defisit terbesar bagi neraca perdagangan RI tahun lalu. Nilai defisit Indonesia terhadap Korsel pada 2013 menyentuh US$2,76 miliar, membengkak dari US$1,62 miliar setahun sebelumnya.
Ketua LP3EKadinIndonesiaInaPrimiana menyarankan agar pemerintah ekstra hati-hati dalam bekerja sama dengan negara tersebut, khususnya dalam menentukan barang-barang yang hendak diekspor dan diimpor.
“Sebaiknya jangan ekspor barang yang tidak bernilai tambah. Tapi sayangnya Korea hampir semua produknya dibuat sendiri, jadi harus dicari produk apa yang bahan bakunya ada di sini dan tidak ada di Korea,” lanjutnya.
Menurut Ina, kalaupun Korea berminat membangun industri otomotif di Indonesia, maka komponen yang digunakan harus berasal dari produk lokal. “Selama mereka tidak mau dengan itu semua dan membuat NP kita defisit, sebaiknya [CEPA] tidak perlu diteruskan.”