Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Transaksi Berjalan Kuartal IV/2013 Diperkirakan 1,8%-1,9% dari PDB

Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal IV/2013 di level 1,8%-1,9% dari produk domestik bruto (PDB) seiring dilakukannya pengetatan moneter dan fiskal.
Perikemas kosong di Pelabuhah Tanjung Priok/Bisnis
Perikemas kosong di Pelabuhah Tanjung Priok/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal IV/2013 di level 1,8%-1,9% dari produk domestik bruto (PDB) seiring dilakukannya pengetatan moneter dan fiskal.

“Nah kalau tahun ini bisa dijaga di level 2,5% dari PDB itu cukup baik. Lalu tahun depan, di level 2% dari PDB itu juga tetap baik,” ujar Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior BI, Rabu (05/02/2014).

Menurutnya, BI bersama pemerintah akan tetap menjalankan makro ekonomi secara prudent, meskipun mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut perlu diperlukan guna menghindari krisis ekonomi di Indonesia.

Dia mencontohkan Argentina yang tidak menjalankan makro secara prudent, harus menelan pil pahit karena harus melakukan devaluasi 12,7% atas mata uangnya, meskipun belum siap, akibat melonjaknya inflasi hingga 28,4%.

“Venenzuela juga kena dampak buruk sehingga harus mengubah sistem kurs. Oleh karena itu, kita tidak mau seperti itu. Kita harus prudent, kita harus bisa aman, dan stabil ketika menjalani transisi ini,” tuturnya.

Mirza menjelaskan perekonomian AS tengah menuju normal. Dia memperkirakan inflasi AS diperkirakan bakal mencapai 1,5%-2,5% dalam 2-4 tahun ke depan. Artinya, suku bunga akan terkerek hingga 2%-3%.

Kondisi tersebut akhirnya memaksa negara-negara berkembang melakukan penyesuaian, terutama negara yang memiliki indikator makro ekonomi yang kurang baik. Misalnya, defisit APBN, defisit neraca perdagangan dan utang valas.

“Karena kalau tidak, modal yang masuk triliunan dolar ke negara-negara berkembang akan dikurangi secara drastis. Oleh karena itu, negara-negara berkembang harus tetap menjaga makro ekonominya tetap attractive,” paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper