Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menilai surat utang negara tak akan terpengaruh signifikan meskipun imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun sempat melejit 15 basis poin ke 8,97%, menyusul keputusan the Fed kembali mengurangi pembelian aset US$10 miliar menjadi US$65 miliar pada Februari 2014.
Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan cukup logis jika setiap pengurangan (tapering off) stimulus moneter, maka likuiditas di negara berkembang (emerging market) berkurang.
Robert melihat kenaikan yield SUN benchmark series 15 bps bukan suatu lompatan yang luar biasa.
“Waktu tapering off QE (quantitative easing) diumumkan di Desember 2013 bahwa Januari US$10 miliar, tidak terlalu banyak pengaruh. Sekarang US$10 miliar lagi, seharusnya tidak ada pengaruh,” katanya, Kamis (30/1).
Robert menuturkan sentimen eksternal yang memicu koreksi memang ada, tetapi kembali balik arah.
Sentimen negatif terhadap emerging market akibat turbulensi di Turki dan Argentina sempat membuat ‘merah’ indeks harga saham gabungan (IHSG), melejitkan yield SUN dan melemahkan rupiah pekan ini.
Yield obligasi pemerintah sempat melambung 39,5 bps ke 9,18%, indeks anjlok 2,6% ke 4.322,8 setelah sempat menembus di atas 4.400 pekan sebelumnya, dan rupiah terdepresiasi 0,4% ke Rp12.230 per dolar AS, Senin (27/1).
“Pada dasarnya banyak faktor ada, tapi akhirnya positif,” ujarnya.
Robert menuturkan otoritas di Tanah Air akan melakukan upaya untuk membuat volatilitas berkurang, misalnya dengan melakukan pembelian kembali (buyback) SUN di pasar sekunder serta pendalaman pasar bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
Beberapa langkah pun akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Pertama, memperbaiki sistem primary dealership, khususnya reward and punishment agar pasar lebih efisien.
Kedua, menyederhanakan benchmark series dengan mengurangi seri yang kurang likuid di pasar.
Ketiga, bekerja sama dengan BI dan OJK mengenai repurchase agreement (repo) system. Keempat, mengkaji electronic trading system dalam transaksi SBN sebagaimana saham.
Volume perdagangan obligasi pemerintah di pasar sekunder Rp6,4 triliun, Kamis (30/1), versus Rp6,6 triliun sehari sebelumnya.
Kepemilikan asing dalam SUN Rp328,9 triliun per 28 januari 2014 atau 32,5% dari total outstanding. Inflow asing di pasar obligasi pemerintah sepanjang Januari Rp5,1 triliun (month to date).