Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

700 Ton Ikan di Waduk Cirata Mati, KKP Persalahkan Petambak

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menilai kematian ikan nilai dan ikan mas sebanyak 700 ton beberapa hari ini yang terjadi di Waduk Cirata dan Saguling, Jawa Barat, akibat para pembudi daya yang tidak mengikuti saran pemerintah.
/Bisnis
/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menilai kematian ikan nila dan ikan mas sebanyak 700 ton beberapa hari ini yang terjadi di Waduk Cirata dan Saguling, Jawa Barat, akibat para pembudi daya yang tidak mengikuti saran pemerintah.

Saran itu adalah agar pembudi daya di tambak-tambak tersebut segera menjual ikan yang telah mendekati ukuran konsumsi, karena adanya endapan yang ternyata menjadi faktor utama kematian massal tersebut.

“Memang ada kejadian kematian massal ikan beberapa hari ini. Sebenarnya sudah dapat diantisipasi dengan cepat. Hanya saja tahun ini, pembudi daya menunda panen untuk keperluan Hari Raya Imlek akhir Januari yang akan datang. Ikan-ikan yang panennya ditunda inilah yang mengalami kematian massal,” kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran hasil Perikanan KKP Saut Hutagalung kepada Bisnis.com, Senin (27/1/2014).

Saut menjelaskan perbedaan suhu air antara permukaan dan dasar yang menimbulkan naiknya massa air dari dasar danau ke atas (up-welling) membawa sisa-sisa pakan yang beracun bagi ikan, dan pada akhirnya menyebabkan kematian.

Sebelumnya, Balitbang KKP melansir data semenjak Desember 2013 sampai Januari 2014 telah terjadi penurunan yang signifikan dari setiap stasiun pengamatan budi daya, oksigen kurang dari standar minimun untuk menjamin kehidupan ikan, yaitu 3 mg/L.

Plt. Kepala Badan Litbang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Balitbang KKP) Achmad Poernomo menjelaskan, adanya endapan kotoran dan pakan itu diakibatkan pembudi daya dan pemerintah daerah setempat tidak mematuhi rencana tata-ruang yang telah disepakati sebelumnya.

Sehingga, dia menjabarkan, lokasi budi daya menjadi over-populated dan ikan-ikan harus berebut oksigen serta sisa pakan dan kotoran menjadi menumpuk (umbalan), dua hal yang membuat kemungkinan kematian massal menjadi lebih besar dan menghasilkan kerugian yang lebih besar.

Untuk itu, pihaknya merekomendasikan kepada pembudi daya dan pemda setempat agar segera menaati rencana luasan untuk mengendalikan populasi tetap berada di batas aman. Selanjutnya, memindahkan posisi KJA secara reguler, misal 1 tahun sekali ke posisi dengan kondisi kualitas air yang lebih baik, kemudian melakukan aerasi di KJA untuk sementara waktu.

Poernomo juga menyarankan pembudi daya untuk mulai membiakkan ikan-ikan yang tahan oksigen rendah, seperti patin. Terakhir, tambahnya, adalah melepaskan bandeng yang bisa ikut membersihkan air di lokasi itu, karena bandeng relatif gemar memakan plankton dan sisa-sisa pakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Arys Aditya
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper