Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan nilai tukar rupiah yang melampaui Rp12.000 per dolar Amerika Serikat memaksa pemerintah mengubah sejumlah asumsi makroekonomi dalam APBN 2014.
Asumsi kurs rata-rata rupiah dipastikan direvisi dalam APBN Perubahan 2014 ke level yang lebih realistis karena sudah melesat jauh dari asumsi APBN 2014 sebesar Rp10.500 per dolar AS.
Depresiasi itu tak pelak merembet ke lini yang lain, seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi, sehingga dua asumsi makro itu pun akan diubah.
“Kalau nilai tukarnya beda, tentu akan punya dampak ke inflasi, pertumbuhan ekonomi,” kata Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto saat dihubungi, Minggu (26/1/2014).
Pelemahan kurs rupiah berpotensi mengerek harga barang impor (imported inflation) dan memicu revisi naik asumsi inflasi 5,5% tahun ini.
Pengaruh depresiasi pun dapat mengerem konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah dan investasi, yang dapat membuat pertumbuhan ekonomi lebih lambat dari asumsi pemerintah 6% tahun ini.
Namun, Andin enggan menyebutkan ke level berapa asumsi nilai tukar, inflasi dan pertumbuhan ekonomi akan direvisi. “Kami masih cek setiap hari. Saya belum bisa kasih tahu,” ujarnya.