Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Freeport Kaji Kelayakan Pembangunan Smelter

PT Freeport Indonesia menggandeng PT Antam (Persero) Tbk. (ANTM) untuk bersama-sama melakukan studi kelayakan (feasibility studies/FS) pembangunan smelter tembaga baru yang nilainya diperkirakan lebih dari US$500 juta.nn

Bisnis.com, JAKARTA — PT Freeport Indonesia menggandeng PT Antam (Persero) Tbk. (ANTM) untuk bersama-sama melakukan studi kelayakan (feasibility studies/FS) pembangunan smelter tembaga baru yang nilainya diperkirakan lebih dari US$500 juta.

Presiden Direktur Freeport Indonesia Rozik B. Soetjipto mengatakan meski membangun smelter baru bukan merupakan kewajiban Freeport selaku pemegang Kontrak Karya (KK), tetapi hal itu dilakukan sebagai penyelarasan dengan kewajiban pemerintah yang baru.

Freeport sudah membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian tembaga yakni PT Smelting di Gresik Jawa Timur sejak 1996, sebagai pemenuhan kewajiban dalam ketentuan KK.

Meski baru sekitar 40% produksi tembaga Freeport yang diolah di sana, tetapi jumlah produksi PT Smelting sudah mencukupi kebutuhan industri hilir di Indonesia, khususnya industri kabel tembaga.

Saat ini, prinsipal Freeport sedang melihat kemungkinan kelayakan dari proyek smelter baru yang akan dibangun ini. Pasalnya, secara umum hanya China yang dinilai mampu membangun smelter baru dan terbukti bisa bersaing.

Rozik mengatakan Freeport melihat dari sisi itu, bagaimana China bisa membangun smelter dan layak secara ekonomi, yang antara lain karena industri hilirnya di sana maju dan bisa menyerap semua produksinya.

“Kami lagi studi bersama Antam untuk membuat bagaimana yang terjadi di China bisa kami tiru, sehingga proyek itu layak secara komersial,” ujarnya di sela-sela acara Indonesia Investor Forum 3, Rabu (22/1/2014).

Meski demikian, lokasi pembangunan smelter belum ditentukan. Selain itu, nilai investasi pembangunan smelter juga belum bisa diperkirakan. “[Lokasi] belum, lagi ada beberapa pilihan. Investasi belum, belum sampai ke sana,” singkat Rozik.

Daisy Primayanti, Vice President dan Corporate Communications Freeport Indonesia mengatakan selain Antam, ada beberapa pihak lain yang juga dilibatkan dalam studi kelayakan smelter, yakni LAPI ITB dan LIPI. Bulan ini ditargetkan studi itu selesai.

“FS-nya bulan ini harus dipresentasikan ke ESDM. Kalau tahap selanjutnya seperti kapan MoU, saya belum bisa kasih info,” ujarnya.

Untuk diketahui di PT Smelting, kepemilikan PT Freeport Indonesia sebesar 25%, selanjutnya Mitsubishi Materials Corporation 60,5%, Mitsubishi Corporation Unimetal Ltd 9,5%, dan Nippon Mining and Metals Co. Ltd 5%.

PT Smelting yang didirikan pada Februari 1996 sebagai smelter tembaga pertama di Indonesia menelan biaya investasi hingga US$500 juta.

Daisy mengatakan nilai smelter tembaga kedua yang akan dibangun ini bisa lebih besar dari investasi PT Smelting, mengingat kondisi yang sudah jauh berbeda seperti nilai tukar Rupiah terhadap dolar yang kian melemah. “Logikanya nilainya mungkin jauh lebih besar,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan Antam Tri Hartono membenarkan bahwa perseroan sedang mengerjakan studi kelayakan bersama Freeport. Namun, lokasi dan nilai investasi smelter baru bisa diketahui setelah FS rampung.

“Yang jelas rencana pembangunan smelter ini tidak ada di RKAP kami tahun ini. Capex Antam tahun ini fokus untuk perluasan pabrik Pomalaa,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (22/1/2014).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper