Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Banjir: Kegiatan Industri Manufaktur Terhambat

Banjir yang melanda hampir seluruh bagian Indonesia dipastikan merugikan industri manufaktur. Kini, para pengusaha mencoba seluruh jalan untuk tetap bisa melakukan kegiatan industri, mulai dari produksi hingga penjualan/pengiriman.

Bisnis.com, JAKARTA- Banjir yang melanda hampir seluruh bagian Indonesia dipastikan merugikan industri manufaktur. Kini, para pengusaha mencoba seluruh jalan untuk tetap bisa melakukan kegiatan industri, mulai dari produksi hingga penjualan/pengiriman.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan banjir menimbulkan masalah mulai dari hulu hingga hilir. Pertama, dari sisi bahan baku. Akibat banjir, industri sulit mendapatkan bahan baku lantaran hambatan logistik atau transportasi.

Logistik macet, barang-barang sulit dikirim, tidak bisa dikirim karena banjir,” kata Sofjan ketika dhubungi Bisnis.com, Minggu (19/1).

 Selain sulit menghasilkan produksi lantaran hambatan bahan baku, dari sisi penjualan, industri juga mengalami masalah. Banyak produksi yang seharusnya sudah dipasarkan tetapi akhirnya menumpuk. Menurutnya, industri yang paling merugi adalah industri makanan dan minuman.

“Sekarang kalau semuanya tertahan seperti ini, sudah pasti rugi, ongkos produksi naik, itu sudah pasti,” tambah Sofjan.

Dia memperkirakan, banjir besar yang sudah melanda Indoensia selama sepekan sudah membuat ongkos produksi bisa naik 3%. Menurutnya, kenaikan ongkos tersebut setelah menghitung kerugian akibat banjir selama sepekan.

Bila banjir tak kunjung selesai, bisa dipastika ongkos produksi bisa naik di atas 5%. Kenaikan tergantung masing-masing sektor.

Ya soalnya logistik tambah mahal, tentu ongkos naik, harga juga ikut naik. Sekarang, usaha kami banyak, mulai dari mengganti transportasi dengan truk ukuran yang lebih besar agar kami bisa jalan. Namun, cara tersebut juga tidak begitu efektif.”

Dampak lebih besar lagi adalah pelaku industri sulit melakukan pengiriman ke daerah di luar Pulau Jawa. Hal ini disebabkan tingginya ombak yang membuat kapal-kapal berhenti beroperasi.

Tentu saja ini sangat merugikan pengusaha dan juga masyarakat. “Kami tidak bisa menjual. Di luar Jawa harga-harga sudah tinggi,” lanjutnya.

Masalah bukan hanya dari sisi penjualan, tetapi juga pekerja. Sofjan mengatakan, akibat banjir, banyak pekerja yang tidak masuk dengan alasan rumah kebanjiran atau sulitnya menuju pabrik.

Adapun saat ini, kata Sofjan, tidak sedikit perusahaan yang mengurangi jam kerja para pekerja, misalnya dari 3 shift menjadi 2 shift.

Menurutnya, banjir yang terjadi saat ini lebih parah dibandingkan dengan banjir tahun lalu. Bila tahun lalu banjir melanda sebagian besar Jabodetabek, saat ini banjir merata di seluruh Indonesia. Dia memperkirakan, total kerugian akibat banjir tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.

Sekarang angkanya sudah ratusan miliar. Kami belum dapat informasi lengkapnya karena banjir masih terjadi. Banjir diperkirakan juga sampai Februari, kami harus siap-siap,” katanya.

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper