Bisnis.com, JAKARTA—PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT) menargetkan bisa melakukan pemancangan tiang pertama (ground breaking) fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) pada kuartal I/2014.
Direktur Central Omega Resources Feni Silviani Budiman mengatakan saat ini proyek smelter tersebut masih dalam tahap persiapan pelaksanaan pembangunan.
“Diperkirakan proyek tersebut akan selesai dan dapat berproduksi pada akhir 2015,” ujarnya dalam penjelasannya kepada otoritas bursa seperti diakses, Minggu (19/1/2014).
Feni menjelaskan bahwa perseroan sejak 2011 telah memproduksi bijih nikel (nickel ore) dan merupakan satu-satunya barang tambang yang dihasilkan oleh perseroan saat ini.
Untuk memenuhi ketentuan pemerintah tentang larangan ekspor mineral mentah, mulai 12 Januari 2014 perseroan sudah menghentikan kegiatan ekspor bijih nikel.
“Penghentian ini dilakukan sampai dengan adanya ketentuan yang membolehkan perseroan melakukan kegiatan ekspor kembali,” tulis Feni dalam pengumuman itu.
Seperti dikutip dari laporan keuangan per 30 September 2013, seluruh pendapatan perseroan berasal dari penjualan bijih nikel yang seluruhnya diekspor. Sebanyak 83,15% dari total ekspor, dijual ke Ivoryline Investment Ltd.
Adapun pendapatan hingga kuartal III/2013 mencapai Rp581,13 miliar, naik 18% dari periode sama tahun sebelumnya Rp492,26 miliar.
Berdasarkan catatan Bisnis, pada 2012 Central Omega menggandeng Asiazone Co Ltd, anak usaha E United Group (perusahaan stainless steel terbesar di Taiwan) untuk membentuk perusahaan patungan PT Yieh United Omega, untuk bersama-sama membangun smelter.
Total investasi smelter ditaksir mencapai US$350 juta, di mana sekitar US$280 juta akan dialokasikan untuk pembangunan smelterdan US$70 juta untuk infrastruktur terkait. Central Omega memiliki 40% saham di proyek ini, sedangkan sisanya dipegang mitranya.
Untuk memenuhi kebutuhan listriknya, Central Omega telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PLN untuk memasok listrik sebesar 220 MW ke lokasi smelter yang ditargetkan di Morowali, Sulawesi Tengah.
Adapun smelter tersebut akan menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF) dan akan memiliki kapasitas untuk memproduksi feronikel hingga 200.000 metrik ton/tahun.