Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Teh Makin Turun, Impor Naik Terus

Produksi teh dalam negeri kian menurun akibat dari beralih fungsinya lahan perkebunan teh menjadi lahan hortikultura yang dianggap lebih menguntungkan bagi para petani.
Kebun Teh/JIBI
Kebun Teh/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi teh dalam negeri kian menurun akibat dari beralih fungsinya lahan perkebunan teh menjadi lahan hortikultura yang dianggap lebih menguntungkan bagi para petani.

"Produksi teh nasional sejak 2000 terus menurun dari kurang lebih 153.000 hektare menjadi 120.000 ha, banyak lahan perkebunan teh yang beralih fungsi," kata Bachrul Chairi, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Rabu (15/1).

Bachrul menjelaskan beralih fungsinya lahan perkebunan teh tersebut dikarenakan para petani lebih memilih menggunakan lahan itu untuk menanam produk hortikultura yang dinilai lebih menguntungkan.

"Selain itu, kualitas teh nasional juga rendah, dikarenakan tanaman yang sudah berumur," ujar Bachrul.

Untuk menutupi kebutuhan teh dalam negeri, lanjut Bachrul, Indonesia harus melakukan impor dari luar negeri, namun mayoritas teh yang diimpor dari Vietnam, Srilanka, dan Kenya tersebut mayoritas memiliki kualitas yang rendah.

Dengan adanya impor teh berkualitas rendah tersebut, menurut Bachrul, mengakibatkan petani lokal kurang bergairah untuk menanam teh, disamping juga didorong dengan adanya peningkatan biaya produksi seperti faktor upah tenaga kerja, pupuk, dan lainnya.

Tingginya impor teh tersebut, jelas Bachrul, juga diakibatkan dari bea masuk teh ke Indonesia yang rendah, yakni hanya 5%, sedangkan China sebesar 15%-30% , Srilanka 30%, Vietnam 50%, Rusia 20%, Irak 15%, bahkan Turki menetapkan sebesar 145%.

"Selama kurun waktu lima tahun terakhir, impor teh ke Indonesia naik sebesar 32,5%. Pada 2008 tercatat impor sebesar US$11,9 juta dan naik menjadi US$33,3 juta pada  2012. Sementara untuk ekspor menurun dalam kurun waktu yang sama," kata Bachrul.

Kinerja ekspor teh Indonesia pada tahun 2008 diperkirakan menurun kurang lebih sebesar 1%, dimana tercatat nilai ekspor mencapai US$158 juta pada tahun tersebut dan sebesar US$156,7 juta pada 2012, sedangkan pada Oktober 2013 baru mencapai US$132,7 juta.

"Para pemangku kepentingan diharapkan bisa mengidentifikasi masalah dan juga menemukan solusi untuk meningkatkan produksi nasional, mengingat pangsa pasar di luar negeri terbilang besar," ujar Bachrul. (Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper