Bisnis.com, JAKARTA—Pengembang menilai kenaikan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) oleh sejumlah bank baru-baru ini dipastikan akan memberikan pengaruh pada penjualan properti.
Sekretaris Perusahaan PT Ciputra Development Tbk. Tulus Santoso mengatakan dalam rencana pembelian rumah, masyarakat sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga kredit. Investasi properti, dipastikan akan tertunda.
“Pasti mempengaruhi. Ada efek psikologi dalam mengambil keputusan untuk membeli. Masyarakat pada akhirnya cenderung menahan melakukan pembelian, dengan ekspektasi suku bunga akan turun,” ungkapnya, seperti yang ditulis dalam Harian Bisnis Indonesia edisi Kamis (9/1/2014)
Menurutnya, kenaikan suku bunga 1%-2% masih bisa ditoleransi. Lagipula, suku bunga tetap selama 2 tahun yang ditawarkan oleh perbankan saat ini masih memiliki daya tarik dengan kisaran 9%-10%.
“Memang yang menjadi masalah itu kalau sudah masuk ke suku bunga normal, besarannya jadi tinggi, karena ada selisih sekitar 3%. Saat ini kondisi sangat tidak pasti dan sangat meresahkan. Kalau orang yang butuh rumah, awalnya akan menunda. Tapi suku bunga tetap naik. Karena butuh, ya tetap akan membeli,” katanya.