Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan pengusaha memperkirakan realisasi investasi tahun ini tidak akan sebanyak 2013. Turunnya impor barang modal hingga 17% menjadi salah satu penyebabnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan penurunan impor barang modal sudah dipastikan berdampak pada tidak bertambahnya barang modal di dalam negeri. Dengan kata lain, investasi pun akan berkurang.
“Investasi akan menurun, kita semua akan merasakan tahun ini hingga 2 tahun ke depan bahwa investasi yang masuk tidak akan banyak. Soalnya kan barang modal tidak bertambah,” kata Sofjan ketika dihubungi Bisnis, Senin (1/6/2013).
Salah satu solusi yang harus dilakukan pemerintah adalah menggenjot masuknya investasi. Namun, kata Sofjan, hal itu tidak mudah lantaran kondisi perekonomian dalam negeri yang belum bisa memenuhi kebutuhan investor.
“Harus dilihat kalau Indoenseia saat ini sedang tidak baik, biaya produksi terus naik, bunga tinggi, belum lagi masalah perizinan dan infrastruktur. Sulit membuat investasi masuk,” tambah dia.
Meski demikian, pihaknya juga masih melihat perkembangan kondisi perekonomian dalam waktu dekat, baik secara mikro maupun global. “Ini kan baru 1 bulan, harus dilihat perkembangan tren investasi beberapa bulan ke depan, tetapi saya pikir tidak akan banyak (investasi yang masuk).”
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor golongan barang modal selama Januari-November 2013 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yakni mencapai 17,16%. Sebaliknya impor bahan baku/penolong meningkat 1,06%
Adapun target pertumbuhan investasi tahun 2014 mencapai 15% atau turun dari pertumbuhan investasi tahun 2013 yang mencapai 20%. Menurunnya target investasi dilatarbelakangi oleh sikap pemerintah yang mulai tidak optimistis. “Karena kami melihat 2014 tidak lagi bisa bersikap terlalu optimistis, angka itu mutlak,” kata Menperin M.S. Hidayat.
Hidayat mengatakan 2014 bukanlah masa krisis, tetapi masa ketidakpastian lantaran memasuki tahun politik. Selain itu, Bank Sentral Amerika Serikat akan memulai program pengurangan bertahap (tapering off) program pembelian surat berharga mulai Januari tahun depan. Hal itu menyebabkan likuiditas akan terbatasi, biaya bunga akan tinggi dan melemahnya rupiah.
Berdasarkan catatan Kemenperin, kontribusi sektor manufaktur terhadap investasi tahun 2013 mencapai 56%. Salah satu kebijakan yang bisa membuat investasi tidak akan goyang adalah pemerintah harus konsisten dengan segala peraturan yang ada.