Bisnis.com, JAKARTA - Sensus Pertanian 2013 mencatat jumlah rumah tangga usaha pertanian turun 5,1 juta menjadi 26,14 juta, atau 16,32% dibandingkan dengan catatan Sensus Pertanian 20013 sebanyak 31,23 juta rumah tangga.
"Dalam kurun waktu 10 tahun (2003-2013) jumlah rumah tangga usaha pertanian 2013 (angka tetap) turun cukup tajam," ujar Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik, Senin (2/2012).
Suryamin menjelaskan Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan BPS setiap 10 tahun sekali, sejak tahun 1963.
Dari tujuh subsektor pertanian yang masuk sensus, penurunan jumlah rumah tangga pertanian terbesar terjadi pada usaha hortikultura yang mencapai 37,4% dari 10,91 juta pada pada 2003 menjadi hanya 10,60 juta rumah tangga pada 2013.
Disusul rumah tangga petani pada subsektor peternakan yang merosot 30,26% dari 18,59 juta rumah tangga menjadi 12,97 juta rumah tangga pada 2013, subsektor perikanan turun 20,66% dari 2,49 juta rumah tangga menjadi 1,97 juta rumah tangga.
Adapun penurunan jumlah rumah tangga petani terkecil terjadi pada subsektor kehutanan sebesar 0,66% dari 6,83 juta pada 2003 menjadi hanya 6,78 juta pada 2013.
Sementara pada subsektor tanaman pangan turun 0,98 juta rumah tangga, dari 18,71 juta pada 2003 menjadi 17,73 juta rumah tangga. Subsektor perkebunan juga turun 1,35 juta rumah tangga dari 14,13 juta pada sensus 2003, menjadi 12,77 juta rumah tangga.
Penurunan pun juga terjadi di subsektor peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa pertanian. Subsektor peternakan turun 5,63 juta rumah tangga dari sensus pertanian 2003 sebanyak 18,60 juta menjadi 12,97 juta rumah tangga pada 2013.
Subsektor perikanan turun 0,51 juta menjadi 1,98 juta rumah tangga dari sensus pada 2003 sebanyak 2,49 juta rumah tangga. Sementara itu, subsektor jasa pertanian juga turun dari 1,85 juta rumah tangga menjadi 1,08 juta rumah tangga.
"Secara keseluruhan hanya subsektor budidaya ikan yang meningkat, dari 0,99 juta rumah tangga pada 2003 menjadi 1,19 juta pada 2013," tegas Suryamin.
Beralih fungsi Suryamin menuturkan, berkurangnya jumlah rumah tangga pertanian itu disebabkan turunnya jumlah petani gurem, yaitu petani yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektare.
Menurut BPS, jumlah petani gurem pada 2013 sebesar 14,25 juta rumah tangga, turun 4,22 juta dibandingkan Sensus 2003 sebanyak 19,02 juta rumah tangga.
"Jumlah petani gurem berkurang karena lahan telah beralih fungsi seperti dijual oleh pemilik, disewakan, ataupun karena petani gurem tersebut beralih profesi," ujarnya.
Suryamin menambahkan penduduk usia produktif di sektor pertanian lebih tertarik untuk bekerja di sektor perekonomian yang lain seperti di sektor industri, perdagangan, makanan, dan jasa.
Secara keseluruhan jumlah petani gurem terbanyak berada di Pulau Jawa sebanyak 10,18 juta rumah tangga, disusul Sumatera 1,81 juta rumah tangga, Pulau Bali dan Nusa Tenggara 0,9 juta rumah tangga," ujarnya.
Sedangkan jumlah petani gurem terkecil berada di Pulau Kalimantan sebanyak 0,28 juta rumah tangga.
Adapun berdasarkan provinsi, jumlah rumah tangga petani gurem terbesar di Jawa Timur mencapai 3,76 juta rumah tangga, dan terkecil di Provinsi Kalimantan Utara 6,34 juta rumah tangga.
"Penurunan ini karena ada peralihan minat," tegasnya.
Rumah Tangga Petani Turun 5,1 Juta dalam 10 Tahun, Hortikultura Terbanyak
Sensus Pertanian 2013 mencatat jumlah rumah tangga usaha pertanian turun 5,1 juta menjadi 26,14 juta, atau 16,32% dibandingkan dengan catatan Sensus Pertanian 20013 sebanyak 31,23 juta rumah tangga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium