Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri farmasi nasional meminta pemerintah agar pengadaan obat generik melalui katalog elektronik (e-catalog) Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tahun depan dilaksanakan dua kali dalam setahun supaya kebutuhan obat bagi masyarakat lebih akurat.
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Indonesia Dorodjatun Sanusi mengatakan pengadaan obat lebih baik dilakukan setiap 6 bulan sekali lantaran dalam waktu satu tahun terjadi perubahan kebutuhan obat, selain itu agar obat yang telah direncakan dan diproduksi bisa tepat sasaran.
“Kami sudah mengusulkan ke Kementerian Kesehatan, karena pengalaman e-catalog 2013 ada data-data dari lapangan yang masuk ke Kemenkes tidak akurat. Jadi diharapkan dalam 2014 bisa lebih baik,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (26/11/2013).
Selain itu, katanya, dalam tender pengadaan obat tersebut harus ada keseimbangan antara kewajiban bagi pemasok dan pihak penyelenggara e-Catalog.
“Kami minta ada komitmen dari pemerintah, apa yang sudah dimasukkan dalam e-catalog, karena ada sanksi bagi pemasok jika tidak dapat memenuhi,” ujarnya.
Dorodjatun menyatakan industri farmasi pun siap untuk memproduksi, apalagi dengan penerapan e-catalog ini menjadi efisien karena menggunakan sistem supply chain management (SCM) mulai dari perencanaan kebutuhan obat, perencanaan kebutuhan bahan baku impor, kedatangan barang hingga proses produksi.
“Kalau peserta e-catalog tahun ini sekitar 26 perusahaan farmasi, mungkin tahun depan bisa mencapai 90 perusahaan yang siap ikut tender, dengan nilai tender bisa 2 kali lipat atau 1,5 kali lipat dari tahun ini bergantung kebijakan pemerintah nanti,” jelasnya.
Diketahui sejumlah perusahaan farmasi tengah berancang-ancang untuk mengikuti tender pengadaan obat generik tahun depan yang rencananya dibuka pada November-Desember 2013.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Peni Widarti
Editor : Bambang Supriyanto
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

4 menit yang lalu
Debt Crisis of State-Owned Construction Companies Grow More Complex

35 menit yang lalu