Bisnis.com, BANDUNG — Produk industri kecil otomotif di Jawa Barat terancam melesu akibat pasar domestik terus dikuasai produk impor.
Ketua Forum Industri Kecil Jawa Barat Fuzy Agus mengatakan saat ini beberapa produk produksi komponen otomotif dari industri kecil di Jawa Barat di pasar turun hingga 20% akibat daya semakin banyaknya produk impor otomotif.
Dia mencontohkan harga bahan material seperti karet dan logam plastik dalam negeri harganya lebih mahal sehingga berpengaruh terhadap biaya produksi dan harga jual.
Hal itu disebabkan pemain lokal kurang menerapkan dan menguasai teknologi. DItambah kebijakan pemerintah yang belum menekankan penggunaan komponen lokal sehingga produk kalah dengan impor.
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 7,5% memicu penurunan produk semakin anjlok. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu menurunkan kembali suku bunga acuan sehingga berdampak baik bagi penyerapan pasar.
“Kondisi itu menggambarkan industri kecil otomotif di Jabar butuh pengembangan” katanya yang juga menjabat Ketua Dewan Penasihat Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin (Kopisma) Bandung kepada Bisnis, Minggu (24/11/2013).
Saat ini, di Thailand, sudah mengklasterisasi industri kecil otomotif serta menggenjot sumber daya manusia (SDM) dan penerapan teknologi untuk bersaing di pasar bebas Asean. Sudah sejak lama industri kecil otomotif Thiland menjadi pemasok komponen otomotif untuk industri besar di negaranya. “Di Thailand, sudah ada ratusan industri kecil otomotif yang memasok ke industri besar.”
Agar penerapan teknologi oleh SDM industri di Tanah Air dapat lebih maju, pemerintah harus lebih giat menggenjot pelatihan seperti teknik dasar pembubutan mesin dan pengelasan. “Sehingga diharapkan pemerintah memberikan porsi besar untuk pelatihan teknik dasar. Pemerintah juga harus secepatnya membuat kebijakan untuk pemberdayaan SDM dengan penerapan teknologi mesin ditingkatkan,” ujarnya.
Potensi Industri
Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus berupaya mendorong potensi industri kecil otomotif dengan memberikan pelatihan dalam meningkatkan keterampilan SDM.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar Ferry Sofwan mengungkapkan produsen komponen otomotif skala kecil dituntut untuk terus meningkatkan kualitas produknya.
Pasalnya, peluang untuk masuk ke agen tunggal pemegang merek (ATPM), para pelaku usaha harus memenuhi beberapa standar kualitas yang diharapkan, baik komponen roda dua atau roda empat.
“Selama ini, para pelaku usaha industri kecil otomotif menjual produknya tanpa merek sehingga mereka belum bisa masuk ATPM. Karena untuk masuk ATPM harus melalui tahapan standar kualitas yang baik,” katanya.
Ferry menjelaskan untuk bisa masuk ATPM, diperlukan berbagai tahapan yang terstrukur serta sasaran komponen otomotif yang dibutuhkan pasar.
Akan tetapi, secara umum pihaknya berusaha untuk mefasilitasi pelatihan untuk berbagi ilmu wawasan dan keterampilan bagi mereka, agar kualitas produk yang dihasilkann mampu berdaya saing dengan industri besar atau impor. "Kami terus memberikan dorongan kepada para pelaku usaha, karena potensi pasar masih sangat besar untuk mengembangkannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian mengungkapkan kerja sama antara produsen komponen otomotif dan pebisnis IKM belum menyeluruh. Dampaknya, daya saing pengusaha IKM komponen otomotif kian melemah.
Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan akan mewajibkan adanya kemitraan antara pabrikan otomotif dan perusahaan komponen berskala besar hingga ke IKM lokal.
Menurut rencana, kewajiban ini akan diatur dalam suatu regulasi khusus.