Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Disusun, Rencana Induk Infrastruktur Migas

Pemerintah menyusun rencana induk pengembangan infrastruktur minyak dan gas bumi untuk menghubungkan wilayah produksi dengan konsumen yang tersebar di wilayah Indonesia.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah menyusun rencana induk pengembangan infrastruktur minyak dan gas bumi untuk menghubungkan wilayah produksi dengan konsumen yang tersebar di wilayah Indonesia.

IGN Wiraatmaja, Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Kelembagaan dan Perencanaan Strategis, mengatakan persoalan infrastruktur sangat serius untuk menghubungkan produsen dengan konsumen gas. Selama ini, infrastruktur migas memang masih minim dan kerap menjadi penghambat optimalisasi penggunaan gas.

"Upaya kami adalah memetakan permasalahan itu, kemudian membuat rencana induk pengembangannya. Jadi kami akan membuat rencana induk yang terintegrasi dari sektor hulu, infrastruktur dan permintaan," katanya di Jakarta, Kamis (21/11/2013).

Wiraatmaja menuturkan saat ini cadangan terbukti gas bumi sebagian besar berada di kawasan Indonesia Timur dan laut dalam, sedangkan konsumen terbesar berada di wilayah Indonesia bagian barat. Untuk itu, dibutuhkan infrastruktur yang mampu menghubungkan kedua wilayah tersebut.

Pemerintah sendiri memiliki 5 proyek migas dengan potensi besar, dan menjadi tumpuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, yakni Blok East Natuna yang memiliki cadangan gas hingga 46 triliun kaki kubik (TCF) dengan perkiraan total investasi US$41 miliar, dan berproduksi pada saat 10 tahun setelah dikembangkan.

Kemudian Donggi Senoro dengan total investasi US$1,7 miliar dan ditargetkan untuk beroperasi pada 2015. Tangguh Train 3 dengan investasi untuk train 3 mencapai US$12 miliar dan target produksi pada 2018.

Selanjutnya, proyek Masela dengan cadangan 9,18 TCF dan total investasi US$4,99 miliar dan target produksi pada kuartal 2-2018. Terakhir, proyek Cepu dengan cadangan 609 juta barel, dan perkiraan investasi US$6,6 miliar, dengan target beroperasi pada 2014 dengan kapasitas 165 juta barel per hari.

Saat ini pemerintah juga sedang mendorong pembangunan jalur pipa gas yang terintegrasi dari Barat Sumatra hingga ke Timur Jawa. Selain itu, pemerintah juga terus mendorong pembangunan infrastruktur gas agar selesai tepat waktu, seperti revitalisasi LNG Arun, pembangunan pipa Arun-Belawan, dan pembangunan FSRU Lampung.

Sementara itu, pengamat energi dari ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan pada 2025 seluruh wilayah di dalam negeri akan mengalami defisit gas, jika pemerintah tidak segera membangun infrastruktur baru.

"Sekitar 75% cadangan gas Indonesia ada di luar wiliyah Sumatra dan Jawa. Ini menjadi persoalan tersendiri, karena konsumen gas terbesar ada di Jawa dan Sumatra," ujarnya.

Terbatasnya infrastruktur itu juga mengakibatkan konsumsi gas di dalam negeri saat ini hanya sekitar 55% dari total produksi. Bahkan, beberapa wilayah mengalami defisit gas, karena terbatasnya infrastruktur yang menghubungkan wilayah yang memproduksi migas dengan konsumen.

Seperti diketahui, pemerintah menargetkan puncak produksi gas terjadi pada 2018. Saat itu, produksi gas diperkirakan mencapai 10.000 MMscfd. Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi gas sebesar 6.939 MMscfd, sehingga perlu meningkatkan produksi hingga 44% untuk mengejar target itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lili Sunardi
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper