Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia untuk pertama kali melakukan ekspor mangga ke Dubai, Uni Emirate Arab (UAE) dengan teknologi pengawet alami yang akan memperpanjang masa segar buah tersebut hingga 1 bulan.
Peluncuran ekspor perdana mangga yang memanfaatkan teknologi pengawet alami hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Litbangtan) Kementerian Pertanian itu dilakukan Kepala Badan Litbangtan, Haryono di Jakarta, Selasa (19/11).
"Penanganan segar dan pengolahan hasil menentukan kualitas dan daya saing produknya. Komoditas mangga merupakan buah tropis eksotis yang dibutuhkan pasar sub tropis," kata Haryono.
Menurutnya, mangga yang diekspor tersebut varietas gedong gincu yang berasal dari lahan petani di Majalengka dan Cirebon Jawa Barat, untuk tahap awal, volume ekspor dengan kapasitas 1 kontainer maksimal 15 ton senilai US$25.000.
Sentuhan teknologi, tambahnya, dibutuhkan karena konteks pertanian ke depan terkait dengan kesehatan pangan mulai dari sistem produksi, panen, pengemasan hingga distribusi.
"Kami akan terus memonitor dari perjalanan darat ,dengan kontainer hingga perjalanan kapal laut selama 14 hari guna menjamin buah tetap segar," ujar Haryono.
Sementara itu Kepala Balai Besar Paska Panen Balitbangtan, Rudy Tjahjohutomo mengatakan, kesegaran buah mangga itu dimungkingkan melalui teknologi pascapanen dan pengolahan tanpa menggunakan zat kimia dan pestisida.
Menurut dia, tiga fase dilalui, yakni ketika buah mangga itu dipetik dari pohon dengan menggunakan air bersuhu 50 derajat celcius selama 5 menit, guna mematikan lalat buah yang hinggap di kulit.
Fase kedua, menggunakan antimikroba alami yang mana salah satu bahan bakunya berasal sarang burung walet, cara tersebut mampu mencegah infeksi jamur antraknosa.
Kemudian fase ketiga adalah waxing yang berbahan baku sarang tawon, tambahnya, bahan ini mengganti sejenis lilin yang biasa dijumpai buah apel impor.
"Fase terakhir, melalui bantuan 'controlled airform container' yang mencegah proses pematangan pada buah," katanya.
Direktur PT Alamada Sejati Utama Komar Muljawibawa, eksportir mangga gedong, mengatakan, mangga gedong gincu dihargai US$4,5 di tingkat ritel.
Melalui teknologi pengawetan itu, tambahnya, maka akan memperpanjang masa buah hingga 1 bulan yang dihitung sejak dipetik dari pohon.
"Kalau tanpa teknologi ini keawetan buah mangga paling lama hanya 1 minggu," katanya.
Komar menambahkan, melalui fasilitasi teknologi pengolahan ini pihaknya hanya menambah biaya Rp1.000 per kilogram, sedangkan biaya transportasi yang dihemat mencapai US$1 AS karena menggunakan kapal laut dibandingkan dengan pesawat udara yang tarifnya sangat tinggi.
Ekspor rintisan mangga gedong gincu dengan kapasitas 10 ton itu senilai US$25.000.
Dia menyatakan, untuk tahun ini menargetkan ekspor mangga sebanyak 60 ton per bulan, karena panjangnya musim hujan, sedangakan tahun depan diharapkan mampu mencapai 60 ton per minggu.
"Kebutuhan ekspor pasar manggga di Dubai tidak terbatas. Karena negara ini merupakan etalase ekspor ke negara Afrika dan Asia Selatan," katanya.
Mangga Indonesia Akhirnya Tembus Pasar UEA
Indonesia untuk pertama kali melakukan ekspor mangga ke Dubai, Uni Emirate Arab (UAE) dengan teknologi pengawet alami yang akan memperpanjang masa segar buah tersebut hingga 1 bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium