Bisnis.com, MAKASSAR - Indonesia menghadapi tiga tantangan perekonomian global ke depan yang terkait perlambatan negara mitra utama, sentimen arus modal akibat pelonggaran kebijakan moneter negara maju, dan gejolak harga komoditas.
Hal itu dikatakan Luky Alfirman, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro BKF (Badan Kebijakan Fiskal), dalam seminar Kebijakan Fiskal dan Perkembangan Ekonomi Terkini di Hotel Aryaduta, Makassar, Kamis (3/10).
Menurutnya pelemahan ekonomi China dan India, dua negara mitra utama Indonesia, berdampak pada pelemahan kinerja ekspor dan investasi.
Kedua, pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara maju mengakibatkan aliran likuiditas yang besar ke pasar global. Dengan ketidakpastian yang masih ada saat ini, katanya, perubahan arus likuiditas dapat menganggu keseimbangan pasar uang di beberapa negara.
Setelah Gubernur Bank Sentral AS pada 22 Mei mengenai kemungkinan penghentian quantitative easing (QE) 3 apabila keadaan ekonomi AS membaik (tapering), terjadi penarikan dana asing dari seluruh pasar uang negara-negara emerging market. "Ini memberikan tekanan pada nilai tukar, termasuk Indonesia," katanya.
Ketiga adalah tantangan gejolak harga komoditas di pasar global, terutama fluktuasi harga minyak sejak tahun 2000 yang meningkatkan ketidakpastian. Di sisi lain, tambahnya, pelemahan harga komoditas primer berdampak negatif pada ekspor Indonesia.
Selain di sisi global, tantangan juga datang dari perekonomian domestik antara lain soal stabilitas harga, defisit neraca perdagangan, isu stabilitas sistem keuangan, penerimaan pajak dan penyerapan anggaran, kesenjangan perumbuhan ekonomi, serta pembangunan iklim investasi.
"Sistem keuangan Indonesia rentan terhadap pergeseran sentimen investor. Dominasi kepemilikan asing masih tinggi, terutama di pasar modal dan SUN [Surat Utang Negara]," katanya. Tingginya dominasi asing itu meningkatkan risiko sudden reversal.
Dalam seminar kebijakan fiskal dan perekembangan ekonomi terkini itu juga diisi dengan pemaparan perkembangan fiskal Sulawesi Selatan oleh Bilmar Parhusip, Kakanwil DJPB Sulsel.