Bisnis.com, JAKARTA - Pengiriman sekitar 800 pelaku usaha kecil dan menengah Indonesia ke Malaysia diharapkan bisa menjadi ajang kesiapan kelompok usaha sektor riil tersebut bersaing menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015.
Jony Yuwono, Asisten Presiden Direktur PT Sinde Budi Sentosa, yang berinisiatif pada pengiriman itu mengatakan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) diharapkan bisa melihat peluang untuk memasarkan produk asli Indonesia di Malaysia.
”Tujuan dari pengiriman ini adalah guna memberi pembelajaran kepada UKM nasional. Mereka akan bisa membaca peta persaingan bisnis sekaligus untuk membuka peluang usaha di luar pasar Indon esia,” katanya kepada wartawan, Selasa (1/9/2013) seusai melepas secara simbolis ke-800 UKM ke Malaysia.
Seluruh biaya pengiriman terhadap UKM, ditanggung perusahaan tersebut yang merupakan mitra kerja. Seluruh UKM yang dikirim adalah mitra binaan PT Sinde. Tepatnya, sebagai ujungtombak pemasaran produk Sinde.
Melalui kunjungan ke beberapa pasar tradisional di Malaysia, perusahaan itu berharap bisa membuka wawasan maupun memberi pengalaman baru bagi UKM untuk memahami secara benar tentang nilai kompeitif dunia usaha.
Sesuai data yang dikeluarkan Kementerian Koperasi dan UKM, sebesar 99,99% dari total pelaku usaha di Indonesia adalah UKM, sedangkan jumlahnya mencapai 56 juta orang. UKM tersebut menyerap 107 juta tenaga kerja atau 97,16% dari total tenaga kerja di Indonesia.
Pada tahun sebelumnya perusahaan sama juga telah mengirim sekitar 600 UKM ke neagra Asean lainnya untuk mendapatkan pengalaman serta memahami proses pesaingan dunia usaha. Khususnya skala usaha kecil dan menengah.
Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan yang hadir pada acara itu mengemukakan, demean pengiriman UKM tersebut, maka pada 2015 tidak ada lagi kata-kata belum siap untuk menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015.
”Harus dipahami bahwa UKM merupakan salah satu kunci keberhasilan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk itu UKM kami harapkan mampu bersaing di pasar internasional atau global," ungkap Sjarifuddin Hasan.
Syarief mengatakan, tekanan ekonomi global yang mengakibatkan lemahnya rupiah menjadi salah satu faktor UKM di Indonesia masih kalah dengan UKM dari China, India dan Amerika Serikat. Meski demikian tekanan ekonomi itu, diharapkan tidak menyurutkan semangat juang UKM untuk terus mengembangkan usahanya.