Bisnis.com, CHICAGO – Harga kedelai kembali naik untuk hari kedua terpacu spekulasi bahwa hujan di Midwest tidak cukup memacu kondisi tanaman di Amerika Serikat, yang merupakan pembudidaya terbesar.
Biji bahan baku minyak itu untuk pengiriman November naik 0,4% menjadi US$13,18 per bushel di Chicago Board of Trade pada pukul 10.17 pagi waktu Singapura. Kemarin, harga turun ke level US$13,0525, yang merupakan terendah sejak 23 Agustus, sebelum ditutup menguat 0,4%.
Kondisi tanaman tidak mengalami perubahan pada 22 September dari sepekan sebelumnya, di mana 50% tanaman kondisinya sangat bagus, demikian data Departemen Pertanian Amerika Serikat.
Hujan terakhir turun pada pekan ini di bagian barat dan tengah kawasan pertanian AS akan terlalu telat untuk memperbaiki kondisi tanaman, demikian proyeksi DTN. USDA tahun ini memproyeksikan panen meningkat 4,4% dari capaian tahun lalu, namun lembaga tersebut pada 22 September memangkas produksi akibat kondisi di Midwest.
“Keterlambatan awal penanaman membuat keterlambatan pada pertumbuhan,” kata Joyce Liu, analis pada Phillip Futures Pte di Singapura. “Kami memproyeksikan revisi turun proyeksi USDA pada laporan suplai – permaintaan mendatang. Hujan saat ini di Midwest juga tak signifikan meningkatkan kualitas tanaman.”
Kedelai menuju kenaikan kwartalan pertama tahun ini, setelah naik dalam 7 pekan terakhir, terpacu oleh kondisi kering dan panas di Midwest. Sejak awal tahun, harga telah melorot 6,5%.
Adapun jagung untuk pengiriman Desember tak mengalami banyak perubahan di level US$4,4875 per bushel di Chicago. Sementara itu, gandum untuk pengiriman bulan yang sama naik 0,2% menjadi US$6,5925 per bushel.