Bisnis.com, JAKARTA --Indonesia segera menandatangani perjanjian bilateral currency swap dengan tiga negara dan satu lembaga internasional senilai hampir US$40 miliar.
Tiga negara itu meliputi China, Jepang dan Korea Selatan. Menteri Perindustrian M.S. Hidayat menyebutkan kesepakatan currency swap dengan China mencakup Rp15 miliar, sedangkan selebihnya Korea Selatan, Jepang dan satu lembaga internasional yang dia tidak berani sebutkan namanya.
“Itu (perjanjian dengan China) mungkin ditandatangani pada waktu Presiden China ke sini tanggal 2 dan 3 Oktober,” katanya, Selasa (24/9/2013).
Sementara itu, bilateral currency swap dengan Jepang di luar perpanjangan kesepakatan yang diteken akhir Agustus senilai US$12 miliar. Adapun dengan Korsel merupakan perjanjian baru.
“Kalau yang dengan Korsel agak besar,” ujar Hidayat tanpa menyebut angka.
Pada waktunya, lanjut Menperin, bilateral swap arrangement (BSA) itu akan diumumkan untuk memberikan sinyalemen positif dan menjaga kepercayaan pasar.
Bilateral currency swap adalah mekanisme cadangan devisa antara 2 negara untuk mengantisipasi depresiasi mata uang ketika terjadi krisis keuangan di negara yang terlibat dalam kesepakatan.