Bisnis.com, JAKARTA- Ketua Komisi VI DPR Airlangga Hartarto mengatakan meski Indonesia diuntungkan dengan putusan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) yang tidak mengubah kebijakan stimulus moneter, namun momen itu harus dimanfaatkan pemerintah untuk mengoreksi kebijakannya yang terlalu liberal.
Menurut Airlangga, kebijakan pemerintah yang terlalu liberal telah membuat pasar modal Indonesia bergantung pada dana asing di tengah lemahnya fundamental ekonomi. Bahkan jauh-jauh hari sebelum putusan the Fed tersebut diambil, pasar modal emerging market, termasuk Indonesia, sudah kena ‘guncangan gempa’ modal asing akibat ketergantungan pada hot money.
“Putusan the Fed ini memang menguntungkan emerging market untuk jangka pendek sehingga nilai rupiah menjadi kuat. Tapi kita tidak boleh menggantungkan fundamental pada dana asing akibat kebijakan yang terlalu liberal,” ujarnya kepada Bisnis ketika dihubungi lewat telepon selulernya, Kamis (19/9/2013).
Dia menilai hanya dalam dua minggu saja ketidakpastian putusan the Fed, kondisi pasar modal Indonesia sudah terlihat panik.
Menurutnya, neraca pembayaran Indonesia juga tidak boleh bergantung pada hot money agar ekonomi menjadi kuat. Untuk itu, dia mendesak pemerintah untuk mewajibkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggunakan rupiah dalam melakukan transaksi di dalam negeri.
“Kalau kita lebih banyak menggunakan transaksi dalam negeri dengan menggunakan rupiah maka tekanan hot money tidak akan sekeras seperti saat ini,” ujarnya menegaskan. (ltc)