Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah 4 Paket Kebijakan, Bakal Ada Jurus Baru Lagi

Bisnis. com, JAKARTA– Pemerintah membuka kemungkinan untuk menambah paket kebijakan ekonomi jika berbagai program untuk menangkal dampak gejolak ekonomi terhadap sektor riil tidak ampuh.

Bisnis. com, JAKARTA– Pemerintah membuka kemungkinan untuk menambah paket kebijakan ekonomi jika berbagai program untuk menangkal dampak gejolak ekonomi terhadap sektor riil tidak ampuh.

Menteri Keuangan M.Chatib Basri mengatakan pihaknya terus memonitor perkembangan kondisi sektor riil setelah 4 paket kebijakan ekonomi dirilis pemerintah 3 pekan lalu.

“Kalau memang nanti dosisnya perlu ditambah, akan ditambah,” katanya, Jumat (13/9/2013).

Chatib menyadari sejumlah kebijakan yang dibuat pemerintah bersama otoritas moneter bisa berdampak negatif terhadap investasi dan kesempatan kerja.  

Sebagai contoh, paket pertama berupa kebijakan memperbaiki transaksi berjalan dan menjaga nilai tukar rupiah mengundang konsekuensi perlambatan investasi sejalan dengan penurunan impor barang modal dan bahan baku/penolong.

Penaikan BI rate 150 basis poin dalam 3 bulan menjadi 7,25% juga berpotensi mengerek suku bunga kredit, yang akhirnya membuat pelaku usaha menunda ekspansi.

Seluruh dampak terhadap sektor riil, ujar Chatib, sudah berada dalam mitigasi pemerintah sehingga otoritas fiskal meluncurkan insentif berupa pengurangan cicilan, dan penundaan pembayaran pajak penghasilan (PPh) bagi industri padat karya.

Insentif ini diberikan untuk menjaga aliran kas (cash flow) sehingga industri padat karya tidak perlu melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena perlambatan investasi.

Namun jika kebijakan itu tidak mampu menolong industri padat karya, pemerintah siap memberikan ‘dosis’ lebih tinggi dengan mempertimbangkan sejumlah indikator, seperti gejala penurunan penjualan produk manufaktur dan perlambatan indeks kepercayaan konsumen.

Bisnis mencatat gejala perlambatan investasi mulai terlihat, a.l dari konsumsi semen yang turun 5,8% menjadi 3,3 juta ton pada Agustus dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bank sentral pun memperkirakan konsumsi rumah tangga melambat pada Agustus, tercermin dari penurunan indeks keyakinan konsumen (IKK) 0,6 poin menjadi 107,8. Meskipun demikian, Chatib menyatakan masih akan melihat perkembangan ke depan. (ltc) 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Others
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper