Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) membeberkan sejumlah faktor penyebab mobilitas masyarakat saat Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023/2024 masih cenderung rendah dibanding pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19.
Menurut Ketua Umum MTI Tory Damantoro, ekonomi masyarakat saat ini belum pulih sepenuhnya. Meskipun status pandemi Covid-19 sudah dicabut sejak akhir 2022.
Kondisi ekonomi dianggap berkaitan dengan mobilitas masyarakat saat libur Nataru. Di sisi lain, adanya gejolak politik jelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2024, kata Tory, juga berpengaruh pada pergerakan ekonomi di akhir tahun.
"Pilpres menyebabkan pelaku ekonomi wait and see," ujarnya saat dihubungi, Senin (25/12/2023).
Baca Juga : Residu Pandemi di Momen Natal & Tahun Baru 2024 |
---|
Tory pun menduga, adanya pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir 3 tahun juga telah mengubah preferensi masyarakat dalam berlibur.
"Jadi belum tentu angkanya akan terus meningkat, " katanya.
Setali tiga uang, Sekretaris Jenderal MTI, Haris Muhammadun mengakui adanya perubahan perilaku masyarakat dalam memilih waktu liburan untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Apalagi, kata dia, infrastruktur jalan Tol Trans Jawa yang semakin baik dianggap meningkatkan frekuensi masyarakat untuk mudik dan berlibur.
"Sehingga tidak harus menunggu saat libur Nataru," katanya.
Data Badan Kebijakan Transportasi (BKT) memprediksi pergerakan masyarakat selama libur Nataru 2023/2024 mencapai 107 juta orang. Angka itu masih jauh dari jumlah mobilitas masyarakat pada periode libur Nataru 2019/2020 yang mencapai 140 juta orang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengakui, pergerakan masyarakat saat libur Nataru kali ini belum pulih seperti saat pra-pandemi di 2019.
Namun, Budi mengatakan secara tahunan sejak 2022 jumlah pergerakan masyarakat mulai meningkat. Adapun mobilitas masyarakat pada periode libur Nataru tahun lalu tercatat hanya di angka 44 juta orang. Artinya, proyeksi pergerakan masyarakat pada libur Nataru tahun ini naik 143,18% (year-on-year/yoy).