Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perdagangan akan mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi impor kedelai ke negara Amerika Latin yang diimplementasikan pada tahun depan.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan upaya diversifikasi ini ditempuh guna mengurangi ketergantungan impor dari Amerika Serikat. Menurutnya, harga kedelai dari negara Amerika Latin lebih murah.
“Kami sudah meminta para pengusaha untuk mengimpor kedelai dari negara lain selain Amerika Serikat contohnya kawasan Amerika Latin seperti Argentina, Brasil, dan Paraguay. Insya Allah tahun depan sudah bisa segera direalisasikan,” kata Gita di kantornya hari ini, Kamis (12/9/2013).
Dia mengungkapkan saat ini perusahaan importir sudah mulai merencanakan untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai impor tersebut. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas serta kontinyuitas pasokan untuk menilai prospek keberlanjutan impor.
Gita menambahkan importir harus memastikan mengenai sarana infrastruktur, logistik, dan pendanaan negara produsen kedelai di Amerika Latin. Terlebih, negara yang berada di kawasan tersebut sebagian besar secara geografis hanya berupa daratan atau termasuk dalam kategori land locked.
Dia menjelaskan proses impor bagi negara yang memiliki ciri geografis land locked cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama karena tidak mempunyai akses langsung untuk menuju pelabuhan. Biasanya jalur sungai yang menjadi akses alternatif.
Kondisi ini, lanjutnya, berbeda bila dibandingkan dengan Amerika Serikat yang telah mempunyai banyak keunggulan dari sisi infrastruktur, logistik, maupun pendanaan. Implementasi diversifikasi ini sebagai rencana ke depan dan tidak bisa terealisasi dalam waktu dekat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia telah mendatangkan kedelai yang sebagian besar dari Amerika Serikat sebanyak 862.400 ton sepanjang Januari-Juni 2013. Jumlah ini mengalami penurunan sekitar 4% dibandingkan dengan Januari-Juni 2012 yang mencapai 891.655 ton.