Bisnis.com, JAKARTA - Pusat Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum menilai metode yang saat ini digunakan untuk mengukur volume lalu lintas di Indonesia kurang akurat.
Kepala Pusjatan PU Herry Vaza mengatakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah menghasilkan peningkatan luar biasa pada jumlah mobil dan sepeda motor.
Sayangnya, peningkatan jumlah kendaraan itu tidak diiringi dengan jaringan jalan sehingga kemacetan lalu lintas semakin parah dari tahun ke tahun.
“Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan National Institute for Land and Infrastructure Management [NILIM] Jepang untuk terus melakukan studi bersama merancang metode optimal dalam mengukur volume lalu lintas di Indonesia dengan menggunakan Image Processing Technology [IPT],” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (29/8/2013).
Dalam rangkaian kerja sama tersebut, kedua belah pihak saling bertukar informasi di bidang pemeliharaan dan teknologi pada metode survei lalu lintas.
Seminar internasional ini merupakan acara puncak dari tindak lanjut deklarasi yang berlangsung di Bali sebelumnya, sekaligus memantau kemajuan setiap penelitian peta jalan yang telah diproduksi sebagai bagian dari kerjasama Pusjatan dan NILIM.
Kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan nota kesepahaman (MoU) yang dirumuskan pada 2009 dengan tujuan untuk memerifikasi penerapan IPT dengan menghitung jumlah kendaraan, khususnya sepeda motor, yang dominan di Indonesia. “Kerja sama ini sudah berlangsung sejak 2009 dan diperbarui setiap 5 tahun sekali,” jelasnya.
Untuk tahun ini, kata Herry, pihaknya akan meningkatkan penelitian di bidang jalan dan jembatan, seperti masalah aspal buton untuk diimplementasikan.
Dalam kerja sama penelitian tersebut Pusjatan menganggarkan dana sekitar Rp3 miliar, sedangkan NILIM mengalokasikan Rp400 juta, jumlah tersebut termasuk seminar di Jepang dengan sistem pendanaan bersama..