Bisnis.com, JAKARTA - Mochtar Riady (84 tahun) boleh jadi satu dari sekian banyak generasi pertama pengusaha Indonesia yang pernah merasakan getirnya krisis ekonomi 1998.
Barangkali, Mochtar Riady sempat merasa kehilangan, ketika bisnis perbankannya yang saat itu bernama Lippobank, terhempas krisis dan akhirnya lepas dari genggamannya.
Lippobank kerap disebut sebagai cikal bakal lahirnya Lippo Group, konglomerasi bisnis yang kini menggurita hampir di semua lini usaha, seperti jasa perdagangan, media, properti, dan perbankan.
Berangkat dari pengalaman membangun Lippobank, Mochtar Riady kembali mengendalikan bisnis bank melalui PT Bank Nationalnobu Tbk yang Mei 2013 silam tercatat di lantai bursa.
Bisnis Lippo Group rata-rata sekarang ini sudah beralih ke tangan generasi kedua, anak-anak Mochtar Riady.
Globe Asia Juni 2013 menyebutkan Mochtar Riady memiliki kekayaan hampir US$2,15 miliar, tertinggi kesembilan dari daftar 150 orang kaya di Indonesia.
Kepercayaan diri Mochtar Riady dalam menghadapi situasi ekonomi tentu sudah jauh semakin menebal.
Dalam acara Halal Bihalal Lippo Group, Selasa (27/8/2013) malam, Mochtar Riady masih mencermati situasi ekonomi saat ini yang disebutnya masih jauh dari fase krisis, meski pasar keuangan tengah bergejolak dan nilai tukar rupiah merosot tajam.
Menurutnya situasi ekonomi di Indonesia tak bisa dilepaskan dari dua kutub kekuatan ekonomi dunia, China dan Amerika Serikat.
"China sekarang sudah mulai membaik, sedangkan Amerika cenderung tidak lagi melanjutkan kebijakan yang ketat. Sekarang ini belum masuk fase krisis," ujar Mochtar Riady saat diminta tanggapan mengenai situasi ekonomi.
Keyakinan Mochtar Riady itu seolah menjadi sinyal terhadap kuatnya fundamental ekonomi dalam negeri.
Mochtar Riady sudah kenyang asam garam dalam membangun bisnis, terhempas krisis, lalu bangkit dari krisis.
Bisnis Lippo yang kini sudah menggurita, tentu tidak ingin kembali terjungkal hanya dalam waktu sekejap. Tenggelam dalam kondisi ekonomi yang kurang lebih sama.
Tentu, sosok seperti Mochtar Riady bersama generasi penerusnya sudah menyiapkan manajemen risiko kuat mengantisipasi krisis, sehingga tak begitu khawatir dengan berbagai analisa yang menyebut kondisi saat ini seolah mengulang krisis 1998.
Selain masih kritis terhadap situasi ekonomi, Mochtar Riady juga memiliki komitmen kuat membangun sumber daya manusia (SDM) di Tanah Air.
Di hadapan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendkibud) M. Nuh, serta Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Mochtar menegaskan kepeduliannya dalam menciptakan SDM yang lebih kompeten.
"Nilai tenaga kerja otot dan otak itu berbeda, setiap tingkat skill yang berbeda, tentu punya nilai yang berbeda," katanya.
Maka, menjadi tanggung jawab Lippo Group turut meningkatkan kapasitas SDM dengan meningkatkan kepedulian pada dunia pendidikan, terutama perguruan tinggi.
"Menaikkan nilai skill tenaga kerja, tidak ada lain dengan pendidikan. Dengan pendidikan, akan meningkatkan pendapatan dari rakyat kita," jelasnya.
Berbekal pendidikan matang, barangkali menjadi keyakinan Mochtar Riady membangun SDM mapan, kuat, dan mampu membangun kekuatan ekonomi Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Lippo Group menyerahkan bantuan tak kurang Rp1,5 miliar bagi mahasisiwa berprestasi di 10 perguruan tinggi Indonesia.