Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah telah menetapkan kebijakan berupa peningkatan porsi biodiesel dalam biosolar menjadi 10%, atau setara dengan 3,5 juta kL biodiesel sebagai upaya Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan paket kebijakan penyelamatan ekonomi untuk menjaga nilai tukar rupiah dan struktur ekonomi makro . Dengan adanya kebijakan ini, diperkirakan terjadi penghematan devisa impor solar US$2,8 miliar
Menteri Perindustrian M.S Hidayat mengatakan Kemenperin memiliki beberapa kebijakan untuk memperbaiki neraca transaksi berjalan (current account deficit) dan menjaga nilai tukar rupiah. Salah satu kebijakannya antara lain, menurunkan impor migas dengan meningkatkan porsi biodiesel dalam porsi biosolar. Saat ini, pemanfaatan biodiesel sebagai sumber energi baik untuk kendaraan bermotor maupun industri adalah sebesar 669.000 kiloliter dari total penggunaan solar sebesar 35 juta kiloliter.
Artinya, porsi biodiesel di dalam biosolar baru mencapai 1,91%. “Untuk memenuhi kebutuhan biodiesel sebesar 3,5 juta kL, dapat dipenuhi dari dalam negeri karena kapasitas terpasang saat ini sebesar 5,6 juta kL. Kami akan memastikan komitmen perusahaan untuk memasok kebutuhan biodiesel dalam negeri,” kata Hidayat di Jakarta hari ini, Rabu (28/8/2013).
Dengan adanya kebijakan ini, diperkirakan terjadi penghematan devisa impor solar US$2,8 miliar. Selain memastikan komitmen perusahaan untuk memasok biodiesel, pihaknya juga mendorong agen tunggal pemegang merek (ATPM) untuk tetap memberikan garansi kepada kendaraan bermotor sesuai dengan garansi semula walaupun menggunakan biodiesel sampai dengan 10% (B-10).
Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Budi Darmadi mengatakan dengan adanya kebijakan ini, diperkirakan 27% kendaraan yang diproduksi, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi akan menggunakan campuran biodiesel.
“Berarti kira-kira tiap tahun ada sekitar 3 juta-4 juta kendaraan dari total populasi yang 10 juta kendaraan yang saat ini ada di jalan,“ kata Budi.