Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Kedelai 534.000 Ton Terancam Gagal, Mendag Ragukan Kapasitas Perum Bulog

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan tambahan izin impor kedelai sekitar 534.000 ton hingga akhir tahun sangat berpotensi terpengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sedang bergejolak."Importasi kedelai

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan tambahan izin impor kedelai sekitar 534.000 ton hingga akhir tahun sangat berpotensi terpengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sedang bergejolak.

"Importasi kedelai yang harus dilakukan antara sekarang sampai akhir tahun itu tentu akan terpengaruh oleh gejolak nilai tukar kalau memang masih belum bisa dikendalikan," kata Gita seusai mengikuti rapat dengan Komisi VI DPR terkait dengan 4 paket kebijakan ekonomi pemerintah, Rabu (28/8).

Namun, Mendag masih belum bisa memenuhi permohonan impor kedelai dari Perum Bulog. Gita mengapresiasi permohonan Bulog, tetapi akan melakukan evaluasi. Hal itu mengacu kepada impor daging sapi beku oleh Bulog yang realisasinya hanya 900 ton dari total yang diizinkan sebanyak 3.000 ton.

Gita meyakini langkah-langkah yang sudah diumumkan akan ditempuh dari sisi fiskal ataupun moneter, bisa membantu mendorong stabilisasi nilai tukar.

"Apalagi kalau ada kebijakan instrumen nonfiskal seperti moneter, ini mungkin sangat bisa lebih membantu kepentingan kita menjaga stabilitas harga kedelai dalam negeri," kata dia.

Gita menyampaikan stok kedelai saat ini sebesar 300.000 ton masih cukup untuk kepentingan nasional beberapa bulan ke depan. Namun guna memastikan kecukupan ketersediaan bahan baku pembuat tempe itu hingga akhir tahun, maka diperlukan tambahan impor sekitar 534.000 ton.

Sejauh ini, menurut dia, terdapat 22 perusahaan yang sudah mengajukan izin impor kedelai. Keputusan penunjukan perusahaan akan diselesaikan pekan ini.

Gita menyampaikan tambahan impor kedelai tidak berarti bahwa pemerintah senang melakukan impor, namun karena produksi nasional masih sangat kurang untuk kebutuhan hingga akhir tahun.

"Kebutuhan kedelai masih jauh sangat besar dibandingkan produksi nasional sehingga mau tidak mau kita harus mendatangkan dari luar. Dan mendatangkan (kedelai) dari luar mau tidak mau harus terpengaruh nilai tukar," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper