Bisnis.com, JAKARTA—Properti menengah-atas yang memanfaatkan material impor diperkirakan akan mengalami perlambatan sebagai akibat dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menembus Rp11.000.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan pengembang mulai melakukan penghitungan ulang terhadap pembangunan yang tengah berjalan serta rencana pengembangan proyek baru.
“Perlambatan progress pembangunan. Terjadi negosiasi ulang untuk membahas cost pembangunan. Kalau pemerintah bisa mengantisipasi masalah ini dalam jangka pendek, seharusnya tidak terlalu bermasalah,” paparnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (27/8/2013).
Pengurangan pemakaian komponen dari luar negeri, ujarnya, mungkin dilakukan. Hanya saja ada kekhawatiran akan berdampak pada penurunan kualitas bangunan.
Di sisi lain, sambung Ali, pengusulan kredit investasi untuk pembangunan proyek baru tidak terlalu banyak saat ini. Selain karena adanya kenaikan suku bunga, biaya bahan bangunan juga terus mengalami kenaikan.
“Saya perkirakan jika kondisi seperti ini terus terjadi sampai akhir tahun, dampak yang terasa pada sektor properti akan sangat terasa pada awal 2014, di mana terjadi penurunan pertumbuhan sampai 25%,” tambahnya.