Bisnis.com, JAKARTA - Asia Pulp and Paper (APP) Group menargetkan kenaikan ekspor sebesar 5-10% pada 2013 seiring belum pulihnya ekonomi negara importir seperti Asia, Eropa, dan Timur Tengah.
Director Corporate Affairs and Communications APP Suhendra Wiriadinata menuturkan sebanyak 70% dari total produksi perusahaan berorientasi ekspor.
Adapun pasar terbesar a.l. China, Malaysia, dan Jepang 60%, Timur Tengah dan Afrika 15%-17% dan Eropa sekitar 10%.
"Kita tetap jaga ekspor, harapannya ada kenaikan sekitar 5-10%. Tapi kendala kita itu harga," ujarnya, Kamis (22/8/2013).
Fluktuasi harga pulp dan kertas, imbuhnya, dapat disebabkan oleh kondisi perekonomian di negara tujuan ekspor. Pasalnya, apabila terjadi krisis, permintaan ekspor turun dan berisiko terjadi oversupply. Kondisi tersebut dapat menekan harga dan mengganggu penjualan.
Namun Suhendra optimistis pasar ekspor akan tumbuh seiring peningkatan konsumsi kertas dan tisu.
Di sisi lain, apresiasi dolar AS justru disambut positif bagi perusahaan pengekspor pulp dan kertas ini. Menurut Suhendra, depresiasi rupiah dari kisaran Rp9.800/US$ menjadi US$11.000/US$ justru menguntungkan.
"Ekspor tidak terganggu karena transaksi kita menggunakan dolar. Tapi memang untuk cost produksi menjadi lebih rendah," tuturnya.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan kegiatan ekspor tidak terganggu oleh
fluktuasi nilai tukar rupiah. "Bagi eksportir tidak menganggu, sepanjang fluktuasinya tidak lebih dari 5%," kata Benny.
Dengan depresiasi rupiah, imbuhnya, biaya produksi di dalam negeri menjadi lebih murah apabila dinilai dalam US$.
Kendati demikian, Benny mengakui fluktuasi rupiah berpengaruh terhadap rencana bisnis perusahaan eksportir, terutama yang memasok bahan baku dari
impor.