Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wawancara Khusus Chatib Basri: DPR Nggak Bisa Desak The Fed

Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang RAPBN 2014 di hadapan para anggota DPR dan DPD, tim redaksi Bisnis Indonesia mewawancarai Menteri Keuangan Chatib Basri pada Kamis (15/8/2013). Pak Dede, begitu

Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang RAPBN 2014 di hadapan para anggota DPR dan DPD, tim redaksi Bisnis Indonesia mewawancarai Menteri Keuangan Chatib Basri pada Kamis (15/8/2013). Pak Dede, begitu panggilan akrab Menkeu, menjawab seluruh pertanyaan dengan lugas. Berikut petikannya yang dibuat secara berseri:

Bisa dijelaskan mengenai postur umum RAPBN 2014?

Sekarang kita tahu role dari pemerintah ada, akan tetapi terlalu naif untuk mengatakan pertumbuhan ekonomi hanya didorong oleh APBN karena share-nya hanya 9%.

Jadi role dari APBN adalah mendukung supaya private sektor bisa jalan. Selanjutnya masuk ke sektor-sektor yang non-komersial. Kalau komersial ngapain kita ganggu?

Dalam alokasi ini akibat kenaikan BBM pada Juni 2013, kita punya fiscal space, itu Rp18,4 triliun, Rp13 triliunnya untuk infrastruktur.

Kenapa infrastruktur?

Infrastruktur ini mendorong private sector untuk tumbuh. Kalau kita naikkan BBM, kalau public transport tidak diperbaiki, maka konsumsi BBM tetap besar. Karena itu harus ada alokasi untuk public transport.

Kemudian BBM naik kalau reneable investment tidak ada, tentu tidak akan bisa. Karena harus ada alokasi ke reneable energy. Kalau kita mau perkuat human resources, tidak akan bisa baik kalau social safety net-nya tidak ada.

Itu yang jadi fokus. Dengan begini, kita punya postur APBN yang linked dengan maunya makro ekonomi dan merupakan paket komprehensif dari kenaikan harga BBM kemarin.

Jadi APBN dan kenaikan BBM tidak terpisah?

Jangan naikkan BBM kalau APBN-nya tidak ada hubungan. Subsidi ini juga persoalan belum selesai, sekarang subsidi tetapi belum bisa dijalankan karena efek harganya masih tinggi.

Apakah fokus strategi fiskal untuk jangka pendek?

Tentu untuk kesejahteraan masyarakat.

Pertama, saya termasuk orang yang tidak percaya kalau kemiskinan bisa diturunkan tanpa intervensi pemerintah. Karena itu ada alokasi kesana.

Kedua, infrastruktur.

Ketiga, berkaitan dengan konektivitas. Ini arahnya.

Dengan begitu kita ada upaya untuk menyelesaikan permasalahan supply. Karena ekonomi Indonesia itu permasalahnnya di sisi supply, kalau dari sisi permintaan gak ada masalah.

Tapi dari sisi supply cukup baik terutama di infrastruktur dan industri. Untuk subsidi kita punya program panjang sebenarnya. Tapi timing-nya. Juli kemarin inflasinya overshot. Kami jujur saja hanya perkirakan 2,8%-2,9%, tapi 3,1-3,2%. Karena harga pangan lebih tinggi karena stok kurang. Kita mencoba inflasi di 7,2%, sepertinya unlikely. Mungkin dalam kisaran 8%-9%.

Jadi langkah yang diambil sudah tepat?

Sebetulnya langkahnya sudah betul, akan tetapi perkara waktu. Daging dan cabai beru datang beberapa hari lalu. Perkiraan saya Agustus lebih rendah dari Juli tapi masih relatif tinggi, September back to normal, kemudian Oktober deflasi. Langkah-nya sih sudah on track. Cuma kan impor itu tidak bisa kayak beli pulsa.

Defisit kita di neraca perdagangan di-drive impor minyak. Saya berharap dugaan saya nanti BI umumkan, BBM kan baru dinaikkan 22 Juni, kalau kita lihat angka CA kuartal dua efek BBM kelihatan sehingga defisit perdgangan akan naik.

Tapi setelah dinaikkan impor minyak akan mengalami menurun, terlihat dari konsumsi lebaran yang di bawah asumsi. Jadi mudah-mudahan Agustus impor minyak turun, baru CA akan lebih baik di kuartal ketiga.

Nah, kalau sumber defisit dari minyak kita harus hati-hati karena hanya dibakar. Kita tidak apa-apa, punya twin defisit asal di transaksi modal, foreign direct investmet-nya kuat.

Jangan lupa, AS akan melakukan pengetatan QE. Ini yang akan mempengaruhi semua negara berkembang, termasuk ke rupiah. Tapi Indonesia bukan satu-satunya.

Saya ingat Australian dollar itu dulu 10.000 sekarang 9.000 berarti kita lebih kuat dari Australian dollar. Ruppe juga jatuh.

Efek dari hal itu akan pengaruhi transaksi modal?

Dengan transaksi modal yang yang tidak sepenuhnya di bawah kendali kita, kalau defisit berisiko ke overall balance.

Belum lagi kita belum tahu siapa yang akan jadi chair person dari The Fed. Apakah Lawrence Summers atau Janet Yellen. Karena ini efeknya ke global. Rencana saja sudah bikin dunia kalang kabut. Baru ngomong aja. Kalau Summers jadi, dia dianggap orang yang sangat tidk suka dengan QE. Kalau dia cabut efeknya tajam. Bernanke bilang baru merencanakan saja kayak begini. Tapi kalau Yellen, lebih pro. Kita kan nggak bisa minta tolong fraksi-fraksi di DPR untuk desak The Fed.

Cuplikan Wawancara Sebelumnya:

MOMENTUM EMAS YANG HILANG

SAYA SELALU MENGORBANKAN PAK GITA WIRJAWAN

Cuplikan Wawancara Sesudahnya:

SAYA INGIN MEMBUAT SUCCESS STORY

NGGAK BENAR DONG, INVESTOR MASUK KARENA INSENTIF PAJAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lahyanto Nadie
Editor : Lahyanto Nadie
Sumber : Source : Source : Pewawancara: Sri Mas Sari, Ahmad Puja Rahman Altiar, Achmad Aris, Yeni H. Simanjuntak, Setyardi Widodo, Lahyanto Nadie, Arif Budisusilo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper