BISNIS.COM, MEDAN--Delegasi 21 ekonomi pada pertemuan anggota kelompok kerjasama ekonomi Asia-Pasifik (Senior Official Meeting 3 and Related Meeting Asia-Pacific Economic Cooperation/ SOM III APEC) di Medan akhirnya menyepakati 19 gagasan yang diusulkan Indonesia. ]
Salah satu gagasan yang akhirnya disepakati adalah masuknya minyak sawit (Crude palm oil/CPO), karet, pulp & paper, dalam daftar produk ramah lingkungan APEC (APEC-Environmental Good's).
Direktur Kerja Sama Intrakawasan Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Arto Suryodipuro mengatakan kesepakatan yang cukup alot terjadi pada gagasan produk agrikultur tersebut.
Dia menjelaskan SOM III APEC di MEdan pada dasarnya terdapat tiga tema utama yang berasal dari Bogor Goals untuk menciptakan perekonomian kawasan. Ketahanan ekonomi regional Asia-Pasifik akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia melalui tiga pilar prioritas.
Pertama, pencapaian tujuan kesepakatan Bogor, kedua pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan berkeadilan dan konektifitas kawasan. Dari ketiga pilar prioritas tersebut, diturunkan menjadi 19 gagasan. Sebanyak 17 gagasan telah disepakati dalam SOM 1 dan 2 di Jakarta dan Surabaya.
"Khusus mengenai CPO, karet dan pulp & paper, itu relevan dengan Sumatra Utara. Materi pulp & paper itu baru belakangan dimasukkan ke dalam EG List.
Produk ramah lingkungan yang disepakati selama periode 2010 sampai disepakati tahun lalu. Indonesia menginginkan agar barang-barang tersebut menjadi barang ramah lingkungan agar target penurunan tarif dibawah 5% tahun 2015," katanya kepada Bisnis, Minggu (7/6/2013).
Menurutnya, untuk ketiga produk agrikultur tersebut proses pembahasannya masih terus berlangsung. Pada SOM III APEC di Medan, sambungnya, yang dilakukan adalah menunjukkan kepada seluruh delegasi APEC bahwa ketiga produk tersebut juga berupaya menjaga pertumbuhan ekonomi yang hijau.
Dari keseluruhan delegasi yang datang di Medan sebanyak 3.000 pejabat baik dari Indonesia maupun dari 20 ekonomi APEC lain, dimanfaatkan untuk menunjukkan ketiga produk agrikultur itu menjadi fokus utama Indonesia.
Selama ini, menurutnya, terdapat anggapan dari dunia internasional bahwa seolah-olah produksi minyak kelapa sawit dapat merusak lingkungan dan tidak sustainable. Indonesia ingin menunjukkan ada hal-hal yang dilakukan untuk memitigasi efek negatif dan memperkuat sustainability produk tersebut.
"Yang paling berkepentingan itu kita, ke depan pekerjaan rumah itu juga penting. Tidak hanya yang diproyeksikan ke luar negeri tetapi juga untuk dalam negeri," ujarnya.