BISNIS.COM, JAKARTA—Lembaga pemeringkat Fitch Rating menegaskan kebijakan kenaikan harga Premium ke Rp6.000 dan solar Rp5.500 akan menjadi poin penting bagi lembaga itu dalam penentuan peringkat utang Indonesia.
Hal itu terungkap dalam laporan bertajuk Fitch: Indoneia Fuel, Rate Moves in Line with Policy Assumption yang dirilis di London Selasa (25/6/2013) pukul 05:56 pagi waktu setempat atau pukul 11:56 WIB.
Statemen itu hanya berselang sehari setelah Moody’s mengeluarkan pernyataan serupa Selasa (24/6/2013).
Fitch menilai kebijakan itu membuat tekanan belanja APBN sedikit mengendur yang pada akhirnya berpotensi menjadi penopang positif dalam penentuan rating utang.
“Namun, ada yang lebih penting bagi Indonesia yaitu memadukan serangkaian kebijakan ekonomi untuk tetap menjaga laju pertumbuhan ekonomi,” tulis laporan itu.
Indonesia sempat membuat Fitch cemas ketika cadangan devisa RI merosot US$7,6 miliar (sekitar Rp76 triliun) atau sekitar 6,8% ke level US$105,1 miliar (sekitar Rp1.050 triliun) selama periode akhir 2012 hingga akhir Mei 2013.
Lembaga pemeringkat itu menilai Indonesia tengah mengalami tekanan yang membuat kurs rupiah melemah, sehingga membuat cadangan devisa menyusut untuk intervensi pasar valas.
Fitch mengingatkan laju inflasi nasional dan dampak finansial eksternal menjadi hal yang harus diwasapadai oleh Indonesia.
“Namun, perkembangan yang terjadi ternyata konsisten dengan peringkat BBB-, ini merefleksikan penilaian Stable Outlook untuk Indonesia,” tulis laporan Fitch itu.
Lembaga pemeringkat itu berdalih status Stable Outlook itu didasarkan rendahnya rasio utang pemerintah terjaganya laju pertumbuhan investasi dan tabungan. “Selain itu, kami berharap Indonesian terus mengeluarkan kebijakan ekonomi yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas itu.”
Pujian yang diberikan Fitch dan juga Moody’s sepertinya menjadi hal yang ironis bagi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, karena di dalam negeri SBY justru dihujat oleh masyarakat yang tidak reka harga BBM bersubsidi dinaikkan.