BISNIS.COM, JAKARTA--Meningkatnya penggunaan bahan bakar gas jenis liquefied petroleum gas (LPG atau elpiji) berdampak pada kembali tergerusnya keuntungan PT Pertamina (Persero) hingga sebesar Rp6,5 triliun.
Gigih Wahyu Hari Irianto, Vice President LPG & Gas Product Pertamina mengatakan pertumbuhan konsumsi elpiji yang sebesar 8% hingga 10% tahun ini berdampak pada bertambahnya potensi kerugian perseroan dari elpiji. Pasalnya, pertumbuhan itu juga terjadi pada konsumsi elpiji tabung 12 kilogram yang di jual lebih rendah dari harga keekonomiannya oleh perseroan.
“Saat ini konsumsi elpiji mencapai 17.000 metrik ton per hari, 20% atau 3.400 metrik ton diantaranya adalah elpiji tabung 12 kilogram. Tentu ini akan berpengaruh pada potensi kerugian Pertamina dari sektor elpiji,” katanya di Jakarta, Minggu (23/6).
Seperti diketahui, kerugian Pertamina dari penjualan elpiji tabung 12 kilogram menjadi temuan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena dianggap telah mengeluarkan anggaran terhadap hal yang tidak perlu disubsidi. Lembaga audit negara itu pun telah meminta perseroan segera mengambil langkah terkait pengurangan subsidi terhadap elpiji tabung 12 kilogram.
Berdasarkan data Pertamina, harga elpiji tabung 12 kilogram hanya mengalami kenaikkan sebanyak tiga kali sejak 2005, yakni pada Juli 2008 dari Rp4.250 per kilogram menjadi Rp5.250 per kilogram, kemudian Agustus 2009 menjadi Rp5.750 per kilogram, dan Oktober 2009 menjadi Rp5.850 per kilogram.
Gigih mengungkapkan peningkatan konsumsi elpiji itu dapat menambah kerugian Pertamina hingga Rp6,5 triliun sepanjang tahun ini. Apalagi, pihaknya juga harus mengisi gas elpiji tabung 3 kilogram dari kuota elpiji tabung 12 kilogram jika terjadi lonjakan konsumsi yang di atas kewajaran.
“Konsumsi elpiji tabung 12 kilogram per tahun itu rata-rata 950.000 metrik ton. Tahun ini kami perkirakan akan tumbuh menjadi 1,02 juta metrik ton,” ungkapnya.