Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HOTSPOT DI SUMATRA: Waduh, Meningkat Tajam Petang Ini

BISNIS.COM, PEKANBARU--Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan jumlah titik panas (hotspot) di daratan Sumatera meningkat tajam dari sebelumnya 113 menjadi 187 titik pada Selasa (18/6) petang yang tersebar di

BISNIS.COM, PEKANBARU--Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan jumlah titik panas (hotspot) di daratan Sumatera meningkat tajam dari sebelumnya 113 menjadi 187 titik pada Selasa (18/6) petang yang tersebar di berbagai provinsi.

"Satelit NOAA 18 hari ini mendeteksi sebanyak 187, dan Riau tetap menempati posisi pertama paling banyak hotspot yakni mencapai 148 titik," kata Warih Budi Lestari, analis lembaga pemantau cuaca itu, Selasa sore.

Warih mengatakan bahwa selain Riau titik panas juga terdeteksi NOAA berada di Sumatera Barat sebanyak lima titik, Sumatera Selatan (6 titik), kemudian Bengkulu dan Lampung masing-masing satu 'hotspot'.

Selanjutnya, demikiana Warih, titik panas juga berada di Provinsi Jambi sebanyak 26 titik yang juga tersebar di berbagai wilayah kabupaten dan kota.

Sementara untuk Riau, kata dia, ke-148 'hotspot' tersebar di sepuluh wilayah kabupaten dan kota, di antaranya Rokan Hilir ada sebanyak 32 titik, Rokan Hulu (23 titik), Siak (21), Pelalawan (20), Indragiri Hilir (18), Bengkalis (17), Indragiri Hulu (8), dan Kampar (7), serta Kuantan Singingi dan Kota Dumai masing-masing satu titik panas.

"Dominanan titik panas tersebut merupakan peristiwa kebakaran hutan atau lahan,"  tegas Warih.

Menurutnya, dalam beberapa pekan kedepan pertumbuhan titik panas di Sumatera khususnya Riau masih berpotensi cukup pesat mengingat musim kemarau yang memang masih berlangsung.

Potensi terjadinya hujan masih sangat minim sehingga berbagai kawasan akan dilanda kekeringan sehingga rawan terjadi kebakaran.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan upaya pembakaran lahan untuk kepentingan perluasan kawasan perkebunan.

"Hal itu karena pembakaran lahan bisa begitu cepat meluas sehingga begitu sulit untuk dilakukan pemadaman secara manual. Terlebih kawasan lahan yang terbakar berada di kawasan jauh dari perkotaan. Kondisi itu akan menyulitkan upaya pemadaman api," ujar Warih. (Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper