BISNIS.COM, JAKARTA--PT Pertamina (Persero) optimistis memproduksi 1 miliar kaki kubik per hari (billion cubic feet per day/BCFD) gas dari Blok East Natuna di Kepulauan Riau pada 2023 mendatang.
Muhammad Husen, Direktur Hulu Pertamina mengatakan pihaknya telah mengajukan rencana pengembangan (plan of development/POD) Blok East Natuna sejak 4 bulan lalu. Dalam POD itu, perseroan menargetkan dapat memproduksi gas sebesar 1 BCFD pada 2025 dari blok tersebut.
“Kalau POD yang kami ajukan disetujui tahun ini, maka produksi 1 BCFD itu dapat kami capai 10 tahun mendatang atau 2023,” katanya di Jakarta, Senin (10/6).
Husen mengungkapkan saat ini Pertamina masih menunggu persetujuan Pemerintah terhadap POD yang diajukan itu. Pasalnya, perseroan juga meminta sejumlah insentif agar proyek tersebut tetap ekonomis, karena pengembangannya membutuhkan biaya yang tinggi dan harus menginjeksikan kembali sekitar 3BCF karbondioksida (CO2) saat memproduksi 1 BCF gas.
Setelah berhasil memproduksi 1 BCFD gas dari Blok East Natuna, Pertamina akan meningkatkan produksinya hingga 4 BCFD secara bertahap. “Kalau produksi gasnya sudah 4 BCFD, maka karbondioksida yang harus diinjeksikan kembali sebanyak 12 BCFD,” ungkapnya.
Menurutnya, gas dari blok itu akan disalurkan melalui pipa menuju konsumen dalam dan luar negeri, dengan perbandingan sepertiga gas dari blok itu untuk pasar dalam negeri dan dua pertiga sisanya dijual ke negara Asean.
Seperti diketahui, proyek gas Blok East Natuna dikerjakan oleh konsorsium yang terdiri dari PT Pertamina (Persero), ExxonMobil, Total EP, dan PTT Thailand. Pertamina yang menjadi operator menguasai 35% hak partisipasi (participating interest/PI), kemudian Exxon sebesar 35% persen, Total sebesar 15%, dan PTT Thailand sebesar 15%.
Konsorsium itu juga telah mengajukan proposal pengembangan gas East Natuna menggunakan skema pipa dengan estimasi biaya US$24 miliar. Dalam proposal juga disebutkan sejumlah insentif yang diperlukan untuk pengembangannya agar bernilai ekonomis.