BISNIS.COM, JAKARTA-Pemerintah diminta memberi kepastian terhadap pemangkasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan menggenjot pembangunan infrastruktur agar perekonomian negeri ini tidak semakin tertinggal dari Filipina.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai salah satu masalah yang menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah tingginya subsidi BBM. Jika tidak dikendalikan, tahun ini subsidi BBM diproyeksi membengkak hingga Rp250 triliun dan memakan porsi yang sangat besar pada postur APBN.
"Sebenarnya kalau subsidi tidak sebesar ini, ekonomi kita bisa jauh lebih baik," ujarnya dalam diskusi buku buku 'Managing Indonesia's Transformation: an Oral History', Sabtu (1/6/2013).
Dia berpendapat apabila subsidi dikurangi, infrastruktur fisik dapat dibenahi, misalnya pelabuhan, jalan, pengairan
"Kalau dipindahkan dana subsidi ke infrastruktur, ini sangat berpengaruh ke investasi".
Laju ekonomi Indonesia pada kuartal I/2013 hanya 6,02%. Di lain pihak, Filipina mencatat laju perekonomian yang lebih pesat yakni 7,8%.
"Filipina itu kan sebenarnya banyak transfering dari tenaga kerjanya di luar negeri, tetapi tingkat profesinya tinggi dari kita. Selain itu, reformasinya juga benar-benar dilakukan".
Menurutnya, untuk dapat meyakinkan investor untuk tetap menanamkan modalnya di Tanah Air, Indonesia harus segera memperbaiki infrastruktur dan sistem birokasi.
"Jika tidak, bukan tidak mungkin investor akan lari ke Filipina," tuturnya mengingatkan.