BISNIS.COM, MEDAN— Membanjirnya produk impor di Provinsi Sumatra Utara diperkirakan akan terus bertambah. Tahun ini diperkirakan akan ada peningkatan nilai impor sebesar 10%-15% dibandingkan total impor tahun lalu.
Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Wilayah Sumatra Utara Khairul Mahalli mengatakan peningkatan impor terutama untuk barang konsumsi akibat pertimbangan bisnis.
"Realitasnya memang lebih murah mengimpor barang konsumsi dibandingkan dengan memproduksinya. Kenapa industri hengkang dari Indonesia? karena tidak kompetitif lagi," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (16/5/2013).
Membanjirnya produk impor barang konsumsi sebagian besar berasal dari Malaysia dan China. Di kedua negara tersebut, kata dia, pengusaha yang ingin mengekspor barang diberikan kemudahan bahkan insentif oleh pemerintah.
Untuk itu, lanjutnya, eksportir dari kedua negara tersebut memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekportir asal Indonesia. Harga barang yang mereka tawarkan menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang asal Indonesia.
Dia mencontohkan, impor buah seperti apel, anggur, dan jeruk asal China harganya jauh lebih murah dibandingkan dari petani lokal. Kementerian pertanian tidak berupaya maksimal untuk meningkatkan produksinya seperti tercermin dari maraknya bawang impor.
"Sebagai importir, tentu kami mengambil barang-barang yang lebih kompetitif," tuturnya.
Selain itu, adanya perjanjian pasar bebas Asean-China (China Asean Free Trade Area/CAFTA) mendorong semakin banyaknya produk asal Negeri Tirai Bambu tersebut di Indonesia.
Dia memperkirakan pada 2013 akan terjadi peningkatan nilai impor seiring meningkatnya kebutuhan dan daya beli masyarakat maupun industri Tanah Air. Barang-barang impor yang akan semakin tinggi diantaranya impor barang modal, barang konsumsi dan bahan baku.
"Saya memprediksi kebutuhan tetap ada, tentu berdasarkan pangsa pasar yang semakin berkembang. Kenaikan impor kami perkirakan akan meningkat 10%--15%. Begitu pula peningkatan ekspor akan naik dengan nilai yang sama," tegasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara mencatat nilai impor sepanjang Januari-Desember 2012 mencapai US$5,16 miliar. Kelompok barang ekonomi impor Sumatera Utara masih didominasi oleh kelompok bahan baku atau penolong.
Pada periode Januari–Desember 2012, impor bahan baku penolong memberikan peran terbesar yaitu sebesar 61,43% atau senilai US$3,17 miliar, barang konsumsi memberikan andil sebesar 20,94% (US$1,08 juta), dan barang modal sebesar 17,64% (US$910,79 juta).
BPS juga mencatat terjadi lonjakan impor barang konsumsi pada Maret 2013 yang cukup tajam. Impor barang konsumsi berkontribusi sebesar 24,85% dari total impor barang, menggeser angka impor barang modal yang berkontribusi sebesar 13,99% pada Maret 2013.
Ketua BPS Provinsi Sumatra Utara Suharno mengatakan nilai impor melalui Sumatra Utara pada Maret 2013 mencapai US$450,60 juta, naik sebesar 3,29% dibandingkan dengan Februari 2013 yang mencapai US$436,27 juta. (ltc)