BISNIS.COM, JAKARTA—Pertumbuhan volume ekspor nonmigas Indonesia pada kuartal I/2013 dinilai mencerminkan daya saing produk di pasar global tetap kompetitif. Padahal, hal ini terjadi di tengah krisis ekonomi dunia yang belum sepenuhnya pulih.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamuthi mengatakan volume ekspor nonmigas naik hingga 16,12%, meskipun nilainya mengalami penurunan 3,27% secara year on year (y-o-y). Nonmigas berkontribusi sebanyak 82,11% dengan nilai US$37,2 miliar.
“Krisis ekonomi dunia mau tidak mau, berpengaruh pada ekspor kita. Hampir semua pertumbuhan harga komoditas menunjukkan angka negatif. Karet turun 6,5%, kayu 1,85%, daging ikan 4,35%, minyak sawit mentah 1%. Hal yang sama juga terjadi pada kopra dan kakao,” kata Bayu dalam jumpa pers di kantornya, Kamis (2/5/2013).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) total volume ekspor nonmigas nasional kuartal I/2013 sebesar 158,6 juta ton. Adapun, pada kuartal I/2012 tonasenya, 133 juta ton.
Ekspor nonmigas ke Amerika Serikat yang bertumbuh 2,5% secara y-o-y, kata Bayu, menunjukkan peningkatan indeks kepercayaan konsumen terhadap produk Nusantara. Meskipun demikian, perdagangan ke negara adidaya ini sangat mudah dipengaruhi oleh kebijakan nilai tukar mata uang.
Maka, dia menambahkan, upaya diversifikasi harus tetap digencarkan karena saat ini masih didominasi oleh negara pasar tradisional, seperti China, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Singapura. Selain itu, sekitar 74% dari ekspor nonmigas juga masih didominasi barang non raw material yang rentan perekonomian global.
Nilai pengapalan ke China, lanjutnya, mencapai US$5,10 miliar, sedangkan Jepang sebesar US$4,11 miliar. Adapun Amerika Serikat mengimpor barang dari Indonesia senilai US$3,75 miliar. Dia menambahkan ketiga negara ini berkontribusi sebesar 34,78% dari keseluruhan ekspor. (mfm)