BISNIS.COM, JAKARTA-Pelaku usaha berharap agar perayaan hari buruh yang jatuh setiap 1 Mei tidak dilakukan dengan aksi unjuk rasa besar-besaran lantaran menghambat kegiatan produksi.
Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan aksi unjuk rasa yang dilakukan para buruh dalam perhelatan hari buruh sedunia sangat mengganggu dunia usaha. Aprisindo memprediksi pengusaha sepatu di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Sukabumi mengalami kerugian hingga US$100 juta dalam satu hari.
"Kegiatan produksi terhambat, distribusi barang juga terganggu akibat macet, belum lagi ekspor jadi turun," katanya, Rabu (1/5/2013).
Untuk menghindari terulangnya kejadian seperti ini, paparnya, ke depannya kalangan buruh diharapkan merayakannya dengan yang sewajarnya, "Aksi unjuk rasa adalah hak setiap warga negara, namun hendaknya tidak sampai merugikan orang lain".
Menyinggung tuntutan buruh, dia mengakui tuntutan buruh dari tahun ke tahun relatif sama khususnya terkait dengan penaikan upah minimum regional (UMR). "Seringkali permintaan buruh/pekerja di luar kemampuan pengusaha. Bahkan sering tidak sesuai dengan prosedur".
Belum lagi mengenai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang diminta oleh kalangan buruh. "Saat ini KHL yang diterima oleh buruh sudah 60 item, namun saat ini minta tambahan hingga 84 item. “Permintaan mereka di luar kemampuan kami".
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan kegiatan aksi unjuk rasa besar-besaran seperti saat ini sangat mengganggu kegiatan produksi. Dia mengusulkan, agar ke depannya perayaan dilakukan dengan hal-hal yang lebih berguna.
“Misalnya dengan melakukan outbond, kegiatan olah raga, atau kegiatan positif lainnya yang bisa memacu semangat tim kerja".