Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA EKSPOR: Maret Turun 13,03%

BISNIS.COM, JAKARTA—Kinerja ekspor Indonesia pada Maret 2013 mengalami penurunan 13,03% dibandingkan dengan Maret 2012 menjadi US$15 miliar.

BISNIS.COM, JAKARTA—Kinerja ekspor Indonesia pada Maret 2013 mengalami penurunan 13,03% dibandingkan dengan Maret 2012 menjadi US$15 miliar.

Hal ini disebabkan adanya penurunan harga beberapa komoditas di pasar internasional.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan ekspor nonmigas juga mengalami penurunan hingga 2,77% dibandingkan dengan Februari 2013.

Demikian juga bila dibandingkan dengan bulan yang sama secara year on year (y-o-y). Meskipun terjadi pelemahan ekspor, tetapi secara volume mengalami peningkatan.

“Kenaikan volume ini menunjukkan sebenarnya produksi kita semakin membaik. Sayangnya, harga internasional yang menyebabkan nilainya masih tetap rendah,” kata Suryamin saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/5/2013).

BPS mencatat dari total ekspor kumulatif Januari-Maret 2013, sektor migas mengalami penurunan hingga 18,66% secara y-o-y. Sektor nonmigas juga mengalami penurunan hingga 3,27%.

Dia menambahkan penurunan ekspor nonmigas pada Maret 2013 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$421 juta dibandingkan dengan Februari 2013. Adapun bahan bakar mineral mengalami peningkatan sebesar US$232,6 juta.

Nilai pengapalan ke China, lanjutnya, mencapai US$5,10 miliar, sedangkan Jepang sebesar US$4,11 miliar. Adapun Amerika Serikat mengimpor barang dari Indonesia senilai US$3,75 miliar. Dia menambahkan ketiga negara ini berkontribusi sebesar 34,78% dari keseluruhan ekspor.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito H. Wibowo menjelaskan penurunan ekspor ini dipengaruhi oleh adanya program hilirisasi oleh pemerintah. Hal ini dinilai baik dalam jangka panjang untuk menstabilkan nilai ekspor.

“Jika kita hanya mengandalkan volume saja melalui barang mentah akan susah untuk berkembang karena harganya di pasar internasional fluktuatif. Kalau barang yang diekspor sudah diolah maka bisa mendapatkan nilai tambah dan meningkatkan nilai ekspor,” ujar Sasmito.

Dia mencontohkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah terlebih dahulu menjadi minyak goreng sebelum diekspor. Selain itu dengan adanya penerapan hilirisasi berpotensi menambah serapan tenaga kerja, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa ikut terdongkrak. (msb)

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper