Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMPOR BBM: RON 88 Langka, Pertamina Terpaksa Beli RON 90

BISNIS.COM,JAKARTA -- Sedikitnya cadangan bahan bakar minyak (BBM) dengan nilai research octane number (RON) 88 mengakibatkan PT Pertamina (Persero) mengimpor BBM dengan nilai RON 90 untuk dijadikan premium.

BISNIS.COM,JAKARTA -- Sedikitnya cadangan bahan bakar minyak (BBM) dengan nilai research octane number (RON) 88 mengakibatkan PT Pertamina (Persero) mengimpor BBM dengan nilai RON 90 untuk dijadikan premium.

Sugiharto, Komisaris Utama Pertamina mengatakan saat ini pasokan BBM dengan nilai RON 88 telah jarang. Karenanya, Pertamina terpaksa menggunakan BBM dengan nilai RON 90 untuk dijual sebagai premium yang disubsidi pemerintah di dalam negeri.

“Berpuluh-puluh tahun kami menggunakan BBM dengan RON 88. Saat ini BBM jenis itu kan sudah langka di dunia, makanya terpaksa menggunakan BBM dengan RON 90,” ungkapnya, Rabu (24/4).

Sugiharto mengungkapkan perusahaan tidak melakukan penurunan kualitas RON dalam BBM yang diimpor tersebut, karena harus melalui mekanisme yang rumit dan biaya tinggi. Padahal saat ini Pertamina memiliki tiga jenis bensin dengan RON yang berbeda, yakni Premium dengan RON 88, Petramax dengan RON 92 dan Petramax plus dengan RON 95.

Dari ketiga jenis bensin tersebut, premium merupakan BBM yang disubsidi pemerintah. Premium sendiri memiliki harga keekonomian sekitar Rp9.500 hingga Rp10.500, tetapi dijual kepada masyarakat hanya dengan harga Rp4.500.

Berdasarkan data BPH Migas, realisasi penyaluran BBM bersubsidi pada 1 Januari hingga 31 Maret 2013 mencapai 11 juta kiloliter, dengan rincian premium sebanyak 7 juta kiloliter, solar sebanyak 3,7 juta kiloliter dan minyak tanah sebanyak 276.359 kiloliter.

Sebelumnya sempat muncul usulan pengadaan BBM dengan nilai RON 90sebagai pengganti premium dan dengan harga yang lebih mahal. Hal itu dianggap sebagai salah satu cara yang tepat untuk menghemat subsidi BBM.

Pemerintah sendiri saat ini terus melakukan upaya pengendalian subsidi untuk BBM. Opsi yang akan dipilih pemerintah adalah memberlakukan dua harga dengan pemisahan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

Jika dilaksanakan mulai awal Mei 2013 ini, pemerintah dapat menghemat pengeluaran untuk subsidi sebanyak Rp21 triliun hingga akhir tahun. Jumlah tersebut didapatkan karena kebijakan tersebut dapat menekan volume konsumsi BBM subsidi.

Kementerian ESDM pun tengah mempersiapkan pelaksanaan teknis dari opsi kebijakan tersebut dengan memetakan SPBU mana saja yang akan menjual BBM dengan harga Rp4.500 dan SPBU yang menjual dengan harga kedua. Selain itu, pemerintah juga telah menyiapkan aturan pelaksanaan untuk menopang kebijakan itu.

PT Pertamina (Persero) menegaskan telah siap menerapkan pemberlakuan dua harga untuk BBM bersubsidi pada 26 April 2013 mendatang. Bahkan, perseroan juga telah menyiapkan skenario untuk menyelesaikan persoalan di daerah yang memiliki stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dengan jumlah terbatas.

Sementara Dirjen Migas Kementerian ESDM Edi Hermantoro menyebut telah menyiapkan skema penjualan BBM dengan mobile SPBU di wilayah yang jumlah SPBU-nya masih sedikit. Dengan cara tersebut diharapkan tidak ada lagi persoalan mengenai kekurangan SPBU di wilayah terpencil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper