Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BISNIS SERAT SINTETIS: Omzet APF Diproyeksi Stagnan

BISNIS.COM, JAKARTA--Penjualan serat sintetis (fiber) dan benang (yarn) PT Asia Pacific Fibers Tbk (APF) pada tahun ini diproyeksi stagnan ditekan oleh kenaikan biaya produksi dan turunnya permintaan.Menurut President Director Asia Pacific Fibers, Ravi

BISNIS.COM, JAKARTA--Penjualan serat sintetis (fiber) dan benang (yarn) PT Asia Pacific Fibers Tbk (APF) pada tahun ini diproyeksi stagnan ditekan oleh kenaikan biaya produksi dan turunnya permintaan.

Menurut President Director Asia Pacific Fibers, Ravi Shankar, kenaikan upah tenaga kerja, listrik, dan gas, sangat mempengaruhi biaya produksi perseroan. Sementara itu, sisi permintaan menunjukan penurunan karena harga kapas yang sempat naik beberapa tahun lalu mulai turun sehingga banyak konsumen yang beralih dari serat sintetis ke katun.

"Biaya produksi semakin tinggi dan harga produk tidak bisa naik karena permintaan sedang turun. Tahun ini merupakan tahun yang cukup menyulitkan," kata Ravi, ketika berkunjung ke Bisnis Indonesia, Kamis (18/4).

Penurunan permintaan ini disinyalir dapat berpengaruh terhadap utilisasi pabrik pengolahan dari sekitar 85% menjadi sekitar 70%. Namun, pihaknya berharap keadaan akan sedikit pulih pada semester II mendatang sehingga utilisasi bisa bertahan di sekitar 75%.
 
Penurunan permintaan sebetulnya sudah mulai terjadi pada tahun lalu, ketika perseroan mencatatkan penjualan sebesar US$599,33 juta atau turun sekitar 5,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Penjualan terbesar disumbang oleh produk benang (yarn) sebesar 144.627 ton, fiber sebesar 140.965 ton, dan polymer sebanyak 45.452 ton.

"Pada 2010 dan 2011, perseroan memang diuntungkan dengan kelangkaan dan tingginya harga kapas, sehingga industri mulai beralih ke serat sintetis. Saat itu, baik penjualan dan margin bisa tumbuh cukup tinggi," ujar Sekretaris Perusahaan, Tunaryo, dalam kesempatan yang sama.

Walau menghadapi tahun yang sulit, APF tetap optimistis industri masih dapat tumbuh cemerlang dalam beberapa tahun mendatang. Pasalnya menurut data PCI Xylenes & Polyesters Ltd, produksi barang berbahan baku polyester (termasuk fiber dan yarn) berpotensi tumbuh 7% per tahun.

Adapun konsumsi polyester di Indonesia juga mulai menunjukan kenaikan setelah sempat menurun pada 2005-2006 kemarin.

Kenaikan tersebut dipicu oleh ekspansi industri hilir, pertumbuhan ekspor, dan kenaikan permintaan di industri tekstil, otomotif, home furnishing, dan teknikal tekstil. (if)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Christine Franciska
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper