BISNIS.COM, JAKARTA—Kalangan bisnis Italia berniat meningkatkan investasi di Indonesia dan untuk itu sebuah misi perdagangan akan datang ke Jakarta pada pekan pertama Mei 2013.
Misi yang terdiri dari sekitar 100 pengusaha terkemuka Italia itu mengincar bisnis sektor ekonomi kreatif, energi, manufaktur, industri pertanian, otomotif, infrastruktur dan komunikasi. “Mereka ingin membangun kemitraan dengan pengusaha-pengusaha Indonesia dari sektor-sektor tersebut,” kata Mario Alberto Bartoli, Deputy Head of Mission Kedubes Italia di Jakarta, kepada pers, Rabu (17/4/2013).
Italia, yang merupakan mitra dagang Indonesia terbesar ketiga di Eropa, memandang posisi Indonesia semakin penting secara global dan regional. Dengan semakin mendekatnya pelaksanaan pasar bebas Asean (2015), posisi Indonesia strategis sebagai titik penghubung (hub) di kawasan tersebut dan pasar yang menggiurkan.
Misi dagang Italia tersebut akan dipimpin oleh Menteri Ekonomi dan Pembangunan Corrado Passerra, didampingi antara lain oleh Paolo Zegna, Ketua Institut Italia untuk Perdagangan Luar Negeri dan Simest (institut keuangan untuk pengembangan dan promosi bisnis Italia di luar negeri).
Nilai perdagangan Italia-Indonesia per tahun sekitar US$4 miliar—hanya kalah dari Jerman dan Belanda di zona euro. Indonesia mengekspor bahan mentah, sedangkan Italia menjual permesinan.
“Kami ingin orang Indonesia juga mengenal Italia, selain negeri sepakbola dan high fashion, sebagai negeri dengan penguasaan teknologi tinggi yang mumpuni serta bangsa inovatif,” lanjut Bartoli.
Menurut dia, Kedutaan Besar Italia di Jakarta telah mengajukan permintaan kepada Pemerintah DKI untuk bertemu membahas konsep infrastruktur yang dapat ditawarkan, misalnya di bidang perumahan rakyat, penataan air limbah, serta penggalian terowongan.
Selama berada di Jakarta, 5-7 Mei 2013, anggota delegasi misi dagang Italia akan mengadakan pertemuan dengan sejumlah menteri ekonomi Indonesia serta pengusaha-pengusaha swasta nasional.
Perjalanan itu sendiri merupakan bagian dari kemitraan komprehensif yang diteken pemerintah Italia dan Indonesia tahun lalu.
Bartoli mengakui negaranya tertinggal dibandingkan yang lain dalam memanfaatkan pasar domestik dan keterbukaan investasi Indonesia. Misi perdagangan Italia terakhir ke Indonesia adalah pada 1997, sedangkan Presiden Indonesia era Reformasi yang mengadakan kunjungan resmi ke Italia adalah Megawati Sukarnoputri. Perdana Menteri Italia datang ke Indonesia pada 1995, dan setelah itu tak ada lagi sampai sekarang.
“Kami telah kehilangan waktu banyak dalam membangun hubungan kedua negara.” Dalam kerangka tersebut, kunjungan misi dagang kali ini adalah bagian dari upaya menyatukan komunitas bisnis dari kedua bangsa, katanya. (ln)