Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOMODITAS KARET: Volume Ekspor Kuartal I/2013 Naik 8,34% ke 11.091 ton

BISNIS.COM, JAKARTA -- Volume ekspor karet pada kuartal I/2013 mencapai 611.091 ton atau naik 8,34% dari periode sama tahun lalu di tengah kebijakan pengurangan ekspor untuk menstabilkan harga.Data Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) menyebutkan

BISNIS.COM, JAKARTA -- Volume ekspor karet pada kuartal I/2013 mencapai 611.091 ton atau naik 8,34% dari periode sama tahun lalu di tengah kebijakan pengurangan ekspor untuk menstabilkan harga.

Data Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) menyebutkan volume ekspor pada Januari-Maret berturut-turut 196.902 ton, 194.906 ton dan 219.283 ton.

Kendati naik, Sekretaris Direktur Eksekutif Gapkindo Erwin Tunas meyakinkan Indonesia cukup disiplin menerapkan komitmen pemangkasan ekspor (agreed export tonnage scheme/AETS) sesuai kesepakatan tiga negara.

Menurutnya, peningkatan selama tiga bulan pertama merupakan kompensasi setelah pelaku usaha menahan ekspor cukup besar selama Oktober-Desember 2012.

"Namun, itu tidak menimbulkan ekses pada AETS yang sudah kami sepakati. Ekspor tiga bulan pertama tetap dalam kerangka pengurangan ekspor," katanya kepada Bisnis hari ini, Senin (15/4/2013).

Seperti diketahui, dari pemangkasan ekspor sekitar 300.000 ton sesuai kesepakatan tiga negara, Indonesia mendapat jatah pengurangan 117.000 ton.

Rinciannya, 60% dilakukan pada Oktober-Desember 2012, sedangkan 40% dilaksanakan pada Januari-Maret 2013.

Erwin menuturkan sidang the International Tripartite Rubber Council (ITRC) di Phuket, Thailand, pekan lalu, hanya mengevaluasi pelaksanaan program AETS selama enam bulan yang berakhir Maret 2013.

"Surveillance and Monitoring Commitee menyimpulkan ketiga negara cukup comply (patuh) dengan kesepakatan," tuturnya.

Adapun mengenai perlu tidaknya AETS dilanjutkan, ITRC berencana membahasnya pada sidang berikutnya pada Mei di Palembang.

Namun, Indonesia mengusulkan agar program tersebut tak perlu diperpanjang mengingat aliran dana (cash flow) eksportir mulai terganggu karena menahan stok cukup lama.

Direktur Eksekutif Gapkindo Rusdan Dali Munthe mengemukakan eksportir  harus menanggung beban bunga kredit perbankan yang tinggi selama enam bulan menahan stok.

"Kami tak bisa menjual karena terikat dengan kesepakatan AETS, sedangkan pada saat yang sama kami menanggung bunga bank," ujarnya.

Berbeda dengan eksportir Thailand dan Malaysia yang hanya menanggung bunga kredit perbankan sekitar 3%, eksportir Indonesia terbebani suku bunga hingga di atas 10%.

Gapkindo meminta pemerintah untuk peka terhadap persoalan dalam negeri yang belum mendukung pengembangan karet nasional.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper